Ella Es Mìa 33 : Hidup Yang Menyedihkan

26 3 0
                                    

"Kisahmu lebih menyedihkan dari kisahku. Jangan menjadi sombong dan ingin tampak lebih bahagia karena itu semua sia-sia dengan kamu yang bertingkah layaknya mengemis kebahagiaan"

---Ella Es Mìa---

Waktu libur menyambut ujian Kakak kelas duabelas sudah berakhir, namun Kakak kelas masih tetap datang ke sekolah karena harus mengurus satu dan lain hal.

Pagi ini Pelangi sudah siap betul untuk berangkat ke sekolah karena ia sangat ingin sekali segera bertemu dengan Taufan. Ia tidak ingin membohongi dirinya sendiri dan kalian semua yang membaca ini tentunya, kalau dia memang hanya merindukan Taufan, bukan teman-temannya yang lain seperti Raina, Clarinda, Manggala, apa lagi Badai Akshara Putra yang sangat ia benci karena suka mengejeknya.

Beberapa hari sudah Taufan tidak mengabarinya, tapi bagi Pelangi itu adalah hal yang biasa jadi ia tak perlu cemas memikirkannya karena bahkan sebelum mereka berpacaran atau bisa dibilang sejak awal mereka berteman, mereka memang jarang sekali memberi kabar satu sama lain melalui telepon atau media lainnya.

Pelangi melangkahkan kaki keluar dari rumahnya setelah sarapan dan mendapati Mario sudah ada di depan pagar untuk menunggunya.

"Loh? Kok sekolah?" tanya Pelangi kepada Mario.

"Emang enggak boleh?" Mario menaikan sebelah alisnya dan menampakkan wajah jahilnya yang jarang sekali ia nampakkan kepada orang lain.

"Enggak bolehlah! Kan udah ujian," balas Pelangi yang membuat Mario semakin kesal.

"Udah, sekolah yuk!" ajak Mario dengan senyim manisnya kepada Pelangi.

Pelangi pun duduk di atas jok belakang motor milik Mario tersebut. Mereka pun melaju menuju sekolah tanpa mengetahui bahwa ada sosok Taufan yang memantau mereka sejak tadi. Tadinya Taufan ingin meberikan kejutan kepada Pelangi dengan menjemput Pelangi agar berangkat ke sekolah bersama-sama, namun hal tersebut gagal terjadi karena kehadiran Mario.

***

Pelangi baru saja turun dari atas motor yang dikendarai oleh Mario tersebut. Pelangi berjalan menuju kelas dan disusul oleh Mario di belakangnya. Namun saat baru saja ingin meninggalkan area parkiran, Pelangi melihat sosok Taufan yang baru saja sampai dan langsung memarkirkan motornya tidak jauh dari tempat mereka memarkiran motor milik Mario.

Pelangi pun menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Taufan, ia berniat menunggu Taufan agar bisa berjalan bersama menuju kelas walaupun kelas mereka berbeda.

Taufan yang melihat mereka dari kejauhan pun berjalan mendekati mereka sambil membetulkan posisi tasnya.

"Topan!" panggil Pelangi dengan sebuah senyum manis yang terbit di bibirnya.

Taufan tidak membalas ucapan tersebut, bahkan membalas senyum pun tidak. Ia menatap asing ke arah Mario dengan alis sebelah kiri yang ia naikkan. Taufan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Pelangi.

"Yuk!" ajak Taufan dengan tegas tanpa ada ekspresi lain selain ekspresi tidak suka kepada Mario.

Walaupun tampak serius, Taufan meraih pergelangan tangan Pelangi lalu menarik gadis itu agar segera mengikuti langkahnya. Pelangi pun hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan oleh Taufan sambil memutar sedikit tubuhnya agar bisa menghadap ke belakang dan berbicara kepada Mario.

"Makasih tumpangannya! Duluan, ya!" ujar Pelangi sambil terus melangkahkan kakinya agar tidak begitu jauh dengan langkah Taufan.

Mario pun hanya bisa membalas ucapan Pelangi tersebut dengan menampilkan senyuman. Ia tidak tahu apa yang membuat Taufan sejak dulu tidak menyukainya sehingga ia selalu bersikap begitu kepadanya. Mario pun ikut melangkahkan kakinya, meninggalkan area parkiran.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang