Ella Es Mìa 32 : Cokelat atau Gulali?

26 3 0
                                    

"Manis itu memang nikmat, tapi manis itu bisa pudar ketika perasaan tidak saling menyatu lagi"

---Ella Es Mìa---

Apa yang disukai oleh para gadis ketika diajak ke pasar malam?

Mungkin beberapa dari mereka akan menyukai bagian dimana sang laki-laki memberinya sebuah gulali. Gulali yang manis seperti manisnya perasaan yang sedang mereka rasakan ketika menikmati pasar malam itu. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi sepasang remaja ini. Taufan dan Pelangi.

Taufan berusaha menanyakan apa yang Pelangi inginkan sejak tadi, namun tidak satupun Pelangi mengatakan bahwa ada sesuatu yang ia sukai dari pasar malam tersebut.

Taufan memakan sendiri gulali yang tadi ia belikan untuk Pelangi, namun Pelangi tidak suka gulali tersebut.

"Cobain, deh!" ujar Taufan menyerahkan setangkai gulali yang tengah ada di genggamannya.

Pelangi menggelengkan kepala. "Manis banget, Pan," balas Pelangi.

"Cokelat juga manis," sahut Taufan.

"Tapi cokelat masih bisa dinikmatin," alibi Pelangi.

"Apa bedanya? Gulali juga bisa dinikmatin," balas Taufan tak mau kalah.

Taufan memasukan kembali robekan gulali tersebut ke dalam mulutnya.

"Beda, Pan," balas Pelangi bersikeras, "Gulali itu terlalu manis buat gue. Yang manis-manis itu banyak, tapi enggak semuanya nyehatin."

Taufan menganggukkan kepalanya. "Oh, gitu. Kaya cewek-cewek dong!" Taufan menampilkan senyumnya, "Yang manis banyak, tapi yang buat gue sayang cuma Pelangi!"

Pelangi menolehkan kepalanya dengan segera ke arah Taufan, lalu memberi tatapan dengan mata melotot karena volume suara Taufan saat mengatakan kalimat tersebut begitu nyaring.

"Tenang aja, di sini musiknya keceng, enggak bakal ada yang ngedenger," jelas Taufan.

Benar juga apa yang dikatakan Taufan. Pelangi tampak memasang wajah tidak betah selama menemani Taufan menghabiskan gulalinya. Menyadari akan hal tersebut, Taufan pun berhenti memakan gulalinya dan kembali membungkus sisa gulalinya agar bisa ia bawa pulang untuk Aldo.

Taufan menarik pergelangan tangan Pelangi secara tiba-tiba. Pelangi yang sama sekali tidak tahu kemana tujuan laki-laki itu akan membawanya hanya mengikuti derap langkah Taufan saja.

"Main pancing ikan aja, yuk!" ajak Taufan.

Pelangi pun hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Taufan saja. Sesampainya di depan permainan pancing ikan tersebut, Pelangi begitu terkejut karena menyadari bahwa semua yang memainkan permainan tersebut adalah anak-anak.

"Pan, serius? Ini permainan anak-anak loh!" ujar Pelangi.

Taufan menolehkan kepalanya menghadap ke arah Pelangi berada dan menatapnya dengan alis sebelah kanannya naik. "Emang ada tulisan yang bilang ini cuma boleh sama anak-anak? Kalo gue kita harus punya anak dulu, dong?" canda Taufan.

Mendengar candaan Taufan tersebut, Pelangi menjadi takut karena ucapan Taufan tersebut terlalu mesum menurutnya. Ia melepaskan tangan Taufan yang tadi menggenggam tangannya serta Pelangi sedikit menjauhkan dirinya dari Taufan.

Menyadari akan ketakutan Pelangi tersebut, Taufan dengan cepat mengklarifikasi maksud ucapannya tadi. "Eh, bukan gitu, Pel. Maksud gue, kita harus minjem anak orang atau bawa Aldo dulu gitu buat ikutan main," ujar Taufan memperjelas.

Bukan Pelangi namanya kalau mudah percaya akan ucapan Taufan. Ia masih enggan untuk mendekati Taufan. Taufan pun akhirnya tidak memaksa agar Pelangi berdiri di dekatnya.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang