Ella Es Mìa 21 : Ratu Gengsi

26 5 0
                                    

"Terkadang perasaan itu ga perlu diucapin pake kata-kata, cukup tindakan yang jelas aja udah bisa buat dia ternotice"


---Ella Es Mìa---


Taufan menyusul langkah Pelangi yang masih tampak dari sana. Ia menyalakan mesin motornya dan pergi mengikutinya tanpa memerdulikan Karina yang mengajaknya mengobrol.

Karina sama sekali tidak kesal, ia malah menyunggingkan senyum menatap kedua remaja tersebut. Ia tahu bahwa Pelangi juga memiliki perasaan kepada Taufan karena tampak sekali gadis itu cemburu.

Taufan memelankan laju motornya agar seimbang dengan gerak langkah Pelangi.

"Pel, kenapa sih?" tanya Taufan.

Pelangi sempat menghentikan langkahnya sejenak karena terkejut akan kehadiran Taufan, namun hal tersebut tidak berlangsung lama, ia kembali melangkahkan kakinya.

"Enggak apa-apa, Pan. Sana, ah. Anterin tuh cewe lo, kesian dia pulang sendirian," jawab Pelangi.

Taufan menyunggingkan senyumannya. Ternyata ada gunanya juga Karina hadir malam ini, berkat dia, Taufan bisa menikmati tingkah lucu Pelangi saat cemburu. Yang terpenting adalah Taufan bisa kembali percaya diri bahwa ia tidak bertepuk sebelah tangan.

"Pel, cemburu ya?" tanya Taufan lagi.

Pelangi berusaha menjawab dengan ekspresi biasa saja. "Enggak, Pan. Ngapain juga gue cemburu," jawab Pelangi.

"Itu muka lo enggak ada senyumnya," ucap Taufan.

Pelangi menghentikan langkahnya dan menolehkan kepala ke arah samping, di mana kini Taufan berada. Ia menampilkan senyuman yang sudah ia usahakan senatural mungkin. "Ini udah senyum," ucapnya lalu kembali melangkahkan kakinya.

"Itu dipaksa, Pela. Kalo enggak cemburu, ngapain kabur gitu?" Taufan terus mengulik-ulik, membuat Pelangi bingung harus membalas apa lagi.

"Udah ah, Pan. Gue udah pesen ojol ini," balas Pelangi yang tidak ingin memperpanjang pembahasan tentang 'cemburu' itu lagi.

"Bohong! Orang pesen ojol, mana ada yang jalan-jalan," ujar Taufan.

Kali ini Pelangi tidak mau membalas ucapan pria itu lagi karena ia akan tambah dibuat sulit saat mulai membuat alasan lagi.

"Pel, jangan mau dijajah gengsi. Kalo cemburu bilang, kan enak gitu bisa cepet selesai masalahnya." Taufan meraih lengan Pelangi dengan pelan agar gadis itu menghentikan langkahnya.

"Pan, enggak ada yang cemburu. Kalo menurut lo ini masalah, yaudah jangan ikutin gue lagi!"

Pelangi melepaskan cengkraman tangan Taufan dengan pelan dan kembali melangkahkan kakinya.

"Pel, jangan gitulah. Capek tau!" Kali ini Taufan sedikit berteriak karena jarak ia dan Pelangi yang mulai jauh.

Pelangi tidak menghiraukan ucapan Taufan tersebut, ia fokus melangkahkan kakinya hingga ia merasa bahwa Taufan sudah tidak mengikutinya lagi.

Ternyata jalan yang dilalui oleh Pelangi adalah jalan yang cukup sepi, hanya ada satu atau dua kendaraan yang sejak tadi lewat. Lampu jalannya pun tampaknya sedikit redup. Merasakan hal tersebut, Pelangi jadi ragu untuk melanjutkan langkahnya. Ia menyalakan flash di ponselnya untuk membantu penerangannya.

Lima langkah, enam langkah, delapan langkah. Pelangi menyerah. Ia menghentikan langkahnya karena penerangan dari ponselnya tidak cukup membantu mengusir rasa takutnya untuk melanjutkan langkahnya.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang