Ella Es Mìa 20 : Berusaha Melawan Diri Sendiri

35 6 1
                                    

"Kisah kita memang tidak semewah itu, tapi perasaan kita sangat memukau hingga aku pun bingung bagaimana cara mengutarakannya"


---Ella Es Mìa---


Taufan memetik gitar yang ada di pangkuannya itu. Sudah sejak sepulang dari sekolah tadi ia melakukan hal tersebut, hingga saat ini sudah pukul 19.00 WIB.

Ting

Terdengar suara notifikasi pesan dari ponselnya. Taufan pun meraih ponselnya yang ada di atas meja. Ternyata notifikasi tersebut dari grup pertemanannya. Di sana, Pelangi mengajak teman-temannya untuk bertemu dan selanjutnya adalah diskusi dimana mereka akan bertemu.

Taufan tidak membalas apapun juga, ia hanya membaca pesan tersebut, lalu kembali meletakkan ponselnya. Ia memetik kembali senar gitarnya sambil sesekali menulis lirik yang sedang tergambar di pikirannya saat ini.

Beberapa menit kemudian, ponselnya memunculkan notifikasi lagi, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Ternyata teman-temannya mengirim pesan pribadi sangat banyak. Taufan diminta untuk datang di sebuah kafe, yang mana di sana sudah ada teman-temannya yang menunggu. Taufan akhirnya beranjak dari posisinya dan mengikuti apa yang dikatakan oleh teman-temannya tersebut.

Saat baru saja keluar dari studio musik, Taufan dikejutkan dengan sebuah suara. "Mau ke mana lo?" ucap Dito.

Taufan membalikkan badannya sambil menyentuh bagian dadanya. "Lo bisa enggak, kalo enggak ngagetin orang tua?" balas Taufan dengan kesalnya.

Dito menggelengkan kepalanya dan berkata, "Gue enggak salah, lo aja yang kagetan orangnya."

Taufan membalas ucapan Dito dengan decakkan kesal. Ia kembali membalikkan badannya dan hendak melangkahkan kakinya kembali.

"Lo balik, bilang mau ke mana, atau gue bilang Mama kalo lo diem-diem pergi?" ancam Dito.

Taufan menghentikan niatnya untuk melangkahkan kaki, lalu membalikkan kembali badannya. "Etdah, nih bocah. Bilang aja! Gue enggak kaya lo. Lo mah iya, Mama larang pergi kalo enggak bilang. Gue beda, cuy! Moon maap, nih," ucap Taufan yang membuat Dito tidak bisa merespon apa-apa lagi.

Taufan pun melanjutkan langkahnya yang sejak tadi tertunda itu.

***


Taufan membuka pintu kafe tersebut dan mulai masuk ke dalamnya. Tidak begitu ramai, sehingga Taufan bisa langsung melihat keberadaan teman-temannya. Ia pun menghampiri teman-temannya tersebut.

"Lama banget lo!" ujar Badai yang sudah memasang wajah kesal.

Taufan mengambil tempat duduk di samping Pelangi, karena hanya di sana yang kosong.

"Lo sibuk apa, dah? Perasaan, belajar juga kagak!" Kali ini Manggala yang membuka suara.

Taufan hanya membalas ucapan kedua temannya tersebut dengan menaik turunkan alisnya.

"Jadi, kenapa nih, Pel?" tanya Raina yang sejak tadi sudah tidak sabar, mengapa Pelangi mengajak mereka berkumpul.

Pelangi menundukkan kepalanya, menyembunyikan senyuman malu. Tidak bisa bagi Pelangi memulai sesuatu, kalau bukan karena ucapan Mario tadi, ia tidak akan berpikir akan melakukan hal ini.

"Gue mau minta maaf." Pelangi menampilkan senyumannya, walau masih canggung, setidaknya ia masih bisa melawan gengsinya.

Semuanya memberikan tatapan bertanya, hanya Taufan yang tidak begitu. Taufan malah melayangkan tanganya untuk mengelus bagian belakang kepala Pelangi. Hal tersebut tentu saja membuat Pelangi yang kini kebingungan dan menatap Taufan dengan bingung.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang