Terkadang suatu perasaan ada yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dan hanya ada satu pilihan untuk menyudahinya, memendam.
-Ella Es Mía-
Pelangi mendudukkan dirinya di depan meja rias yang ada di kamarnya itu. Ia meletakkan sebuah kotak berukuran sedang di atas meja riasnya tersebut.
Pelangi menatap pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di depannya saat ini. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Ia kemudian beralih menatap kotak tadi, yang di mana merupakan kadi dari Taufan. Tangannya menyentuh permukaan kertas kado yang mrmbungkusi kotak tersebut.
Setelah membuka habis bungkus kado tersebut, Pelangi mendapati sebuah kotak, dan kemudian ia buka.
"Buku diary?" gumam Pelangi.
Ia membuka buku diary tersebut. Lembar demi lembar ia telusuri, tidak ada sedikitpun coretan bekas tinta di sana, buku itu masih bersih.
Pelangi tersenyum manis ketika melihat setiap lembar dari buku diary itu. Warna yang lucu dari buku tersebut berhasil membuat Pelangi rasanya ingin segera menulis di atas kertas tersebut.
Ia menatap layar ponselnya yang tiba-tiba saja menyala. Diraihnya ponsel tersebut, yang tadinya ikut tergeletak di atas meja rias tersebut.
"Pasti Topan," Ucap Pelangi membatin sambil menampilkan senyumannya.
Pelangi menatap layar ponselnya dan ternyata notifikasi tersebut bukan dari Taufan, tapi sebuah nomor telepon baru.
Pelangi tentu saja tidak mengenali pemilik nomor tersebut. Pelangi pun membuka ruang pesan, dan membaca pesan yang baru saja dikirimkan untuknya itu.
"Hi! Selamat malam! Ini gue, Mario."
Sederet kalimat itu yang Pelangi dapati dari pesan tersebut.
"Mario?" gumam Pelangi.
Jemari Pelangi bermain-main di atas layar ponselnya tersebut, mengetik beberapa kata untuk membalas pesan dari Mario itu.
"Oh, hai! Selamat malam juga.
Lo dapet nomer gue dari mana?"Akhirnya, sederet kalimat itulah yang Pelangi kirimkan kepada Mario, sebagai balasan.
Tak lama setelah Pelangi mengirimkan balasan tadi, ponselnya kembali menyala, dan menampakkan ada sebuah pesan baru yang masuk.
"Itu enggak penting. Jangan kan nomer hape lo, hati lo aja bisa gue dapetin, haha."
Pelangi terkekeh geli ketika membaca balasan dari Mario itu.
"Apa-apaan sih, gombal!" gumam Pelangi yang diakhiri kekehan olehnya.
"Coba aja kalo bisa😋"
Pelangi lagi-lagi menatap layar ponselnya dengan senyuman. Ia tidak menyangka bahwa Mario adalah orang yang lumayan asik.
Oh iya, Pelangi baru ingat, kenapa ia pada saat di depan toko buku waktu itu menatap Mario sangat lama. Ternyata, Pelangi dan Mario sebelumnya sudah pernah bertemu.
Mario adalah anak kelas sebelas IPA 2. Waktu itu, Mario baru saja pindah ke Nusa Jaya saat awal semester ganjil dimulai. Mario yang masih baru, tentu saja belum tahu banyak tentang Nusa Jaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Novela JuvenilCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...