"Kisah kita mungkin tidak seromantis kisah lain, tapi kisah kita cukup warna-warni layaknya kamu, Pelangi"
---Ella Es Mìa---
Dua remaja yang sedang duduk saling berhadapan di kantin sekolah tersebut hanya terdiam sejak tadi. Tidak ada yang mau memulai untuk mengeluarkan suaranya, mereka hanya melakukan satu hal yang sama sejak tadi yaitu mengedarkan pandangan ke segala arah yang ada di kantin tersebut, padahal tidak ada yang sedang mereka cari.Ketika lonceng yang menandakan jam istirahat sudah tiba, Pelangi keluar dari kelasnya bersamaan dengan Raina. Namun saat tiba di ambang pintu kelasnya, Pelangi dikejutkan dengan kehadiran Taufan yang ada di depan kelasnya tersebut. Ia pun menghentikan langkah dan menatap ke arah Taufan berada lalu mengalihkan kembali pandangannya ke arah Raina yang ada di sampingnya.
"Eh, ada Topan!" ujar Raina dengan jahil.
"Badai lagi tanding futsal sama anak kelas satu, tuh," ujar Taufan kepada Raina.
Raina tampak antusias ketika mendengar kabar tersebut karena ia sangat suka ketika melihat Badai nya tersebut sedang bermain futsal dan dibasahi oleh keringatnya.
"Ya udah, yuk nonton!" ajak Raina kepada kedua temannya tersebut.
"Yah, gue laper banget loh, Rai," sahut Pelangi.
"Lo pergi aja ke lapangan, ada Clarinda kok," ujar Taufan yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Raina lalu setelah itu ia berjalan meninggalkan kedua remaja yang saling canggung tersebut di sana.
"Katanya laper," sindir Taufan yang membuat Pelangi langsung menolehkan kepala dan menatap Taufan.
Keadaan kantin saat ini memang cukup sepi namun tidak begitu sepi juga karena yang sedang bertanding saat ini adalah kedua kelas idaman para gadis-gadis di sekolah mereka. Kedua kelas tersebut dikabarkan nemiliki stok para cowok-cowok ganteng yang menjadi incaran para gadis.
Kembali ke Pelangi, gadis itu seketika menjadi gagu karena bingung harus menjawab apa.
"Jangan takut," lanjut Taufan lagi yang sangat paham dengan keadaan gadis tersebut.
Tadi selama di kelas, Taufan terus memikirkan bahwa apakah ia salah bersikap seperti ini karena yang ia lihat adalah sikapnya tersebut malah membuat Pelangi takut. Ia sungguh tidak suka ketika melihat Pelangi takut kepadanya.
"Enggak," jawab Pelangi yang tidak jelas maksudnya.
"Mau pesen apa?" tanya Taufan tanpa memperdulikan ucapan Pelangi sebelumnya.
Taufan masih menampilkan ekspresi datar yang membuat Pelangi segan untuk menuntut.
"Bisa pesen sendiri," jawab Pelangi yang dibalas dengan anggukkan kepala dari Taufan.
Pelangi pun beranjak dari posisinya dan menghampiri Ibu kantin untuk memesan makanan. Ia memesan cukup banyak jenis makanan karena sejujurnya ia sudah sangat amat kelaparan namun karena gengsinya jadi tadi ia enggan untuk memesan, padahal ia tau jika ia memesan juga tidak ada masalah apa-apa.
Setelah memesan makanannya, Pelangi kembali berjalan menghampiri tempatnya dan Taufan tadi lalu duduk menghadap Taufan kembali.
"Maaf, ya. Bukunya kotor gara-gara gue. Tapi bukan gue yang sengaja buat bukunya jadi gitu," jelas Taufan sambil menatap lekat ke arah Pelangi.
Pelangi begitu terkejut ketika mendengar Taufan mengubah nada bicaranya yang kini sudah kembali seperti nada bicara Taufan seperti biasanya, tidak seperti tadi yang begitu datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Teen FictionCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...