"Aku ingin marah tapi hal tersebut tak bisa aku lakukan. Kenapa? Karena rasa sayangku kepadamu lebih besar dari amarah yang sedang ingin kuluapkan ini"
---Ella Es Mìa---
Taufan duduk di sebuah meja yang berada tepat di samping dinding kaca toko cokelat. Toko cokelat tersebut merupakan toko cokelat tempat ia bersama dengan Pelangi dan Aldo membeli cokelat waktu itu.
Sudah sekitar tiga puluh menit Taufan di sana namun hingga saat ini ia masih belum menemukan sosok Pelangi yang sudah berjanji kepadanya untuk bertemu di tempat ini.
Tadinya Taufan ingin menjemput gadis itu, namun sang gadis menolak dan mengatakan bahwa ia akan berangkat sendiri. Jika tahu hasilnya ia harus meenunggu begini, lebih baik tadi Taufan tetap menjemput gadis tersebut.
Beberapa kali Taufan menghubungkan telepon dengan gadis tersebut, namun satu pun tidak ada yang dijawab oleh gadis tersebut. Kebetulan juga pada pertemuan ini, Taufan berencana mengembalikan ponsel milik Pelangi.
Lagi-lagi Taufan menatap layar ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang atau sedang menghitung waktu seberapa lama sudah ia di tempat tersebut. Tak lupa Taufan juga mengecek apakah ada pesan singkat dari Pelangi, ternyata sejauh ini masih belum ada pesan atau apapun yang berkaitan dengan Pelangi.
Jari Taufan mulai iseng mengetuk permukaan meja yang menimbulkan nada-nada tak jelas yang cukup ampuh menghilangkan bosannya dalam menunggu.
Diliriknya lagi ke arah jalanan, masih belum tampak adanya sosok Pelangi. Taufan berusaha untuk berpikiran positif bahwa mungkin saja gadis tersebut sulit menemukan kendaraan online atau apapun yang berkaitan dengan kendaraan.
***
Beberapa menit setelah Taufan mengatakan bahwa ingin bertemu dengannya, Pelangi kini sudah siap dengan dandanan rapi serta slinbag-nya.
Ia melangkahkan kaki keluar dari kamarnya lalu turun ke lantai dasar rumah Kakaknya tersebut. Ketika sudah sampai di bawah, ia mendapati Malvin sedang berbincang dengan Mario.
Sejak kapan pria tersebut ada di sana?
Menyadari akan kehadiran Pelangi, Malvin dan Mario langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah dimana Pelangi berada.
"Nah, ini dia!" ujar Malvin yang membuat Pelangi curiga, "Tolong, temenin Mario buat liat rumah lama kalian yang Mama kasi ke Kak Prita itu, ya?"
"Kenapa harus Pelangi?" tanya Pelangi dengan bingung kepada Malvin.
"Kak Malvin sama Kak Prita bentar lagi ada tamu yang tadi Kak Malvin bilang mau makan-makan itu," jelas Malvin.
"Harus banget hari ini? Pelangi ada janji loh," sahut Pelangi.
Bukannya Pelangi tidak ingin untuk membantu Kakaknya itu, tapi untuk saat ini ia juga punya janji penting yang harus ditepati.
"Gitu ya?" Malvin tampak berpikir.
Sepertinya Kakak Iparnya tersebut sangat stres karena pekerjaannya yang cukup banyak, ditambah lagi janji di sana-sini yang harus ia hadiri. Melihat hal tersebut membuat Pelangi kasihan dan akhirnya luluh akan satu-satunya pilihan yaitu mematuhi permintaan Kakak Iparnya tersebut.
"Ya udah, Pelangi temenin Mario," ujar Pelangi yang membuat Malvin menampilkan wajah senang.
"Gitu ya. Makasih, Pelangi. Nanti Kak Malvin kasi hadiah deh," rayu Malvin yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh Pelangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Teen FictionCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...