Ella Es Mìa 43 : Teater Dua

24 3 0
                                    

"Aku sedang tidak ingin menentang karena aku takut akan apa yang aku tentang justru pergi menghilang. Aku sangat menyayanginya"

---Ella Es Mìa---

Banyak hal yang sudah terbayang di dalam pikiran Pelangi saat ini, salah satunya menonton di bioskop seperti yang Taufan janjikan.

Pelangi menatap lagi ke arah tangannya yang digandeng oleh Taufan. Terasa lucu namun mengasikan. Sejak tadi laki-laki itu terus membicarakan hal-hal yang sebetulnya tak perlu ia bicara untuk menutup rasa gugupnya.

"Mau nonton apa?" tanya Taufan sambil menatap ke arah Pelangi yang berhasil ia pergoki sedang menatap ke arah gandengan tangannya.

Pelangi pun membalas tatapan laki-laki itu tanpa peduli akan dirinya yang sedang dipergoki. "Horor aja," jawab Pelangi.

Taufan tampak mengerutkan dahi. "Jangan horor, gue takut. Komedi aja, gimana?"

Kali ini Pelangi yang mengerutkan dahi. Kalau memang Taufan ingin menonton film bergenre komedi, kenapa ia harus bertanya sebelumnya kepada gadis itu?

"Gimana sih, tadi nanya. Pas udah jawab malah punya pilihan sendiri," balas Pelangi dengan ketus sambil melepas tangannya dari gandengan Taufan.

Bukannya membalas dengan marah atau meminta maaf, Taufan justru terkekeh sambil mengusap lembut puncak kepala Pelangi.

"Gue beli tiket dulu, ya! Diem sini, duduk manis dengan senyum manis di hari kamis," perintah Taufan yang dituruti oleh Pelangi.

Gadis itu duduk di sofa yang cukup empuk sambil mulai memainkan ponselnya. Ia membukan roomchat dari Mario yang entah sejak kapan pesan itu dikirimkan.

Mario
Gue harap lo bisa anterin keberangkatan gue sampe bandara

Mario
Oh, iya! Lo sekolah ya. Hmm, gue lupa. Kalo gitu gapapa deh lo gak dateng.

Mario
Dear, Pelangi...
Neona adalah sebagian dari kamu. Tapi aku tetap merasa kamu adalah kamu, dan Neona tetaplah Neona...

Mario
Bukan maksud gue buat sama-samain lo sama Neona yang lo gak kenal itu, gue cuma berusaha ungkapin apa yang gue rasa tanpa harus lo jawab ataupun balas

Mario
Ini pesan terakhir gue.
Lo gak perlu tau Neona walaupun lo ingin tau. Selepas ini, kita mungkin gak akan ketemu ataupun saling menghubungi. Gue suka sama lo dan gue hanya ingin bilang, gue gak mau apa yang gue rasain gak diketahui oleh orang yang gue arahkan perasaan ini.

Selamat tinggal.

Pelangi cukup terkejut ketika membaca pesan dari Mario tersebut hingga akhir. Ada rasa penyesalan ketika ia tidak bisa ikut mengantar laki-laki tersebut hingga bandara pada hari ini. Ia memperhatikan kembali waktu pesan yang dikirimkan oleh Mario tersebut. Ternyata pesan tersebut sudah dikirimkan sejak delapan jam yang lalu. Sudah terlambat pikir Pelangi.

Ia menghela napas sambil memasukan kembali ponselnya ke dalam tasnya.

"Lagi gak mood nonton komedi?" Ucapan Taufan tersebut membuat Pelangi langsung mendongakkan kepala ke atas dan mendapati sosok Taufan yang tengah menatapnya dengan hati-hati. "Mau ganti aja? Tapi dah dibeli nih." Taufan menunjukkan tiket film komedi yang akan mereka tonton.

Pelangi menggelengkan kepala, "Gak usah."

Pelangi beranjak dari posisinya lalu melangkahkan kakinya terlebih dahulu menuju teater. Taufan pun mengekorinya dengan ekspresi bingung.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang