Ella Es Mìa Extra Part

74 4 1
                                    

"Mungkin hubungan kita tak lagi bisa terjalin, namun semesta kita masih mengijinkan untuk bersama"

---Ella Es Mìa---

Kira-kira sudah dua jam lamanya Pelangi berada di toko cokelat andalannya itu. Berawal dari ketidaksengajaan menjadi tempat favorit untuk mengenang masa lalu.

Ia terfokus dengan layar tablet menggambarnya. Sudah beberapa bulan ini Pelangi menggeluti dunia menulis sekaligus menggambar. Ia menulis kisahnya di blog, yang mana kisahnya itu disertai pula dengan sebuah ilustrasi dari gambar-gambar yang ia lukis sendiri.

Ia tidak ingin tanggung-tanggung untuk berkisah, kalau memang sedih, ia ingin membuat pembacanya sesedih mumgkin hingga menangis, begitu pula sebaliknya.

"Hampir setiap hari kamu datang ke sini dan makan cokelat juga. Gak takut gendut?"

Pelangi menolehkan kepala ke arah wanita yang masih tampak awet muda itu, padahal ia tahu usianya pasti tak muda lagi. Pelangi melemparkan senyum kepada wanita itu.

"Lebih takut ditinggalin daripada berat badan naik," gurau Pelangi yang berhasil membuat wanita itu terkekeh.

Wanita itu menggelengkan kepalanya lalu ikut duduk tepat di hadapan gadis itu.

"Saya gak tahu apakah ini sebuah keberuntugan atau sebuah kesialan karena udah jadi saksi dalam hubungan kalian yang udah berakhir itu tapi selalu membekas," tutur wanita itu.

Pelangi tersenyum lembut menatap wanita itu.

"Kisahnya cukup manis tapi sayang harus berakhir tragis," gurau wanita pemilik toko cokelat itu.

Pelangi terkekeh mendengar ucapan wanita itu.

Bukan sebuah kebohongan yang diucapkan oleh wanita itu. Memang pada saat itu ia tidak tahu betul tentang hubungan sepasang remaja yang dulunya sangat sering mengunjungi tokonya itu, tapi saat ini ia sudah mengetahui apa saja yang terjadi di antara mereka karena setiap kali Pelangi selesai menulis, ia pasti akan menunjukkan terlebih dahulu kepada wanita pemilik toko cokelat tersebut.

"Berharap buat balikan tapi cuma di blog aja," timpal Pelangi yang diakhiri dengan tawa oleh dirinya sendiri.

Wanita pemilik toko itu menggelengkan kepalanya.

"Sekarang dia dimana?" tanya wanita pemilik toko.

Pelangi menghela napas, "Jauh di alam lain."

Lagi-lagi Pelangi melepaskan tawa yang berhasil membuat pengunjung lain melayangkan tatapan bingung ke arahnya, sedangkan pemilik toko itu kembali menggelengkan kepalanya karena tingkah Pelangi yang tak pernah bisa diajak serius ketika membahas tentang 'Taufan'.

Perlahan, Pelangi mulai menghentikan tawanya dan mulai menjawab dengan benar atas apa yang wanita pemilik toko itu tanyakan.

"Dia di Spanyol."

Jelas Pelangi tahu akan keberadaan Taufan karena setelah penyelesaian di Jepang kala itu, Taufan tampak baik-baik saja dan malah memulai hubungan baik dengannya.

Kala itu hatinya masih tak bisa menerima. Bukan tak bisa menerima keputusan Taufan, tetapi ia tak bisa menerima perasaan bodohnya yang sempat bimbang lalu meminta kepadaa Taufan untuk memberi jarak akan hubungan mereka.

Saat Taufan melangkahkan kaki untuk meninggalkannya di restoran ramen waktu itu, ia sangat menyesali apa yang pernah keluar dari bibirnya. Walaupun Mario terus-terusan membujuknya agar tak bersedih lagi, sulit rasanya untuk berhenti bersedih kala itu hingga waktu yang membuatnya bosan untuk bersedih.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang