Aku ingin yang indah-indah saja, seperti gadis yang membuatku selalu bermimpi indah dan tidak ingin terbangun rasanya.
-Ella Es Mìa-
Taufan meletakkan tas sekolahnya di atas sofa yang ada di studio musik rumahnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa berwarna maroon tersebut. Dipejamkannya matanya sejenak dalam beberapa detik.
Taufan kembali meraih tasnya dan mengeluarkan isi tas tersebut. Jujur saja, sejak tadi ia belum membuka isi buku milik Pelangi itu.
Taufan teringat akan kejadian tadi siang, ketika Pelangi tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya. Memang tadi Taufan sengaja membawa mobil ke sekolah, karena motornya sedang menginap di bengkel.
Saat Taufan tengah memasang safety belt, tiba-tiba terdengar suara pintu mobil yang tertutup. Sontak hal tersebut berhasil membuat Taufan langsung menolehkan kepala ke arah bangku di sampingnya. Ternyata itu Pelangi yang masuk ke dalam mobil dengan senyuman tanpa bersalah.
"Kenapa? Gue cantik? Udah tau!" ucap Pelangi.
"Itu tau!"
Bukannya menjawab bahwa dirinya terkejut karena kedatangan gadis itu, Taufan malah meluruskan apa yang Pelangi ucapkan.
"Pan, lo marah, ya, gara-gara gue ngajakin Mario gabung sama kita-kita tadi?"
"Enggak."
"Udahlah, jangan bohong gitu. Gue tau, lo marah kan sama gue."
"Lo maunya, gue marah sama lo, gitu?"
"Ya, enggak gitu juga!"
"Gini ya, Pel. Gue enggak pernah marah sama lo. Gue cuma ga suka sama keadaannya."
"Kenapa bisa gitu?"
Taufan hanya diam, fokus dalam mengemudinya. Pelangi pun tak mau ambil pusing, karena dia tahu, Taufan jika ditanya berkali-kalipun, jawabannya akan sama.
"Eh, Topan! Ngapain lo ngelamun? Mana pake megang buku lagi. Lo mau belajar pake cara mindahin isi buku ke otak dengan ngelamun?"
Taufan tersadar dari lamunannya, yang di mana pada hari ini sudah tak terhitung lagi berapa kali ia melamun dan ditegur oleh orang-orang.
Dilemparnya tas sekolahnya yang kini sudah kosong itu ke arah Dito, adiknya.
"Sembarangan! Ga ada sopan-sopannya lo sama Kakak sendiri. Pake embel-embel Kakak kek, contohi adek lo tuh, si Aldo!"
Dito tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Kakaknya itu, ia langsung melangkahkan kaki ke arah di mana stick drum nya berada.
"Mau ga gue pletakin pala lo pake stick drum ini?" Dito mengayun-ayun stick drum nya dengan gaya seperti sedang memainkan drum.
"Faedahnya apa?"
"Kata orang, kalo pala dipukulin bisa mendadak pinter!"
"Mau dong! Sini coba."
Dito berjalan ke arah Taufan, dan semakin mendekat. Dito siap untuk mendaratkan stick drum nya di permukaan kulit dahi milik Kakaknya itu, namun belum sempat benda tersebut mendarat di sana, Taufan sudah menangkap lengan Dito dan membuat lengan Dito menjadi berada di belakang tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Fiksi RemajaCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...