"Hanya satu yang aku takutkan di dunia ini. Ketika aku tidak bisa lagi merasakan rangkulanmu."
---Ella Es Mìa---
Pelangi masih menatap kedua bola mata milih Taufan itu dengan lekat. Hal tersebut tidak berlangsung begitu lama namun terasa amat lama bagi kedua insan tersebut.
Taufanlah yang pertama kali memutuskan kontak tersebut dengan mengalihkan arah pandangnya ke arah bungan Stevia tersebut.
"Kok enggak tidur?" tanya Taufan mengalihkan pembicaraan.
Mendengar pertanyaa tersebut membuat Pelangi gelagapan, bingung harus menjawab apa, tidak mungkin juga kalau ia harus jujur.
"Belum ngantuk aja," jawab Pelangi dengan sembarang.
"Iyalah, jelas. Lo tidur dari semalam sampe hampir siang, terus dilanjut lagi sorenya, gimana mau ngantuk tuh mata," ucap Taufan yang mengomeli Pelangi.
Pelangi mencabikkan bibirnya karena kesal dengan apa yang Taufan ucapkan tadi. Ia hendak beranjak dari posisinya, namun hal tersebut segera dicegah oleh Taufan dengan menarik lembut pergelangan tangan Pelangi. Pelangi pun menoleh ke arah Taufan kembali dengan menampilkan ekspresi bertanya.
"Temenin gue di sini," pinta Taufan.
Pelangi berpikir bahwa tidak ada gunanya juga ia kembali ke tendanya jika tidak bisa larut dalam tidurnya dan akhirnya ia memilih untuk tinggal serta menemani Taufan di sana.
Pelangi duduk di samping Taufan. Ia baru menyadari bahwa dibanding tempat tadi yang mereka duduki ketika sebelum makan, ini jauh lebih indah dan menampilkan hamparan laut yang lebih luas.
Taufan meraih ponselnya dan menatap layar ponselnya untuk melihat pukul berapa saat ini, namun Pelangi tak sengaja ikut melihat layar ponsel Taufan yang menampilkan sebuah gambar yang tentu sangat ia kenali.
"Pan," panggil Pelangi sambil menatap lekat ke arah ponsel Taufan.
Taufan yang tidak menyadari apa yang ingin Pelangi pertanyakan pun, meletakan kembali ponselnya ke dalam sakunya, lalu menjawab, "Iya?"
Tampak Taufan menampilkan senyum dan berkata sangat manis ketika menjawab ucapan Pelangi tersebut.
"Coba liat walpaper hp lo," pinta Pelangi sambil mengulurkan tangannya di hadapan Taufan.
Taufan pun kembali meraih ponselnya dan memberikannya kepada Pelangi. Kebetulan ponsel milik Taufan tersebut tidak ia beri kata sandi, jadi Pelangi bisa langsung membukanya dan mendapati gambar yang ingin ia pertanyakan tadi.
"Itu gambar lo, gue suka," ucap Taufan yang seperti bisa menerka apa yang akan ditanyakan oleh Pelangi.
"Entah sadar atau enggak, tempat yang kita duduki ini percis kaya yang digambar lo, cuma lebih sederhana aja," lanjut Taufan lagi.
Mendengar ucapan Taufan tersebut, Pelangi memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya dan beranjak dari posisinya. Pelangi melangkah sedikit jauh dan memandangi tenda yang didirikan oleh Taufan tersebut, lalu kembali lagi ke hadapan Taufan.
"Pan, bener! Sama!" ujar Pelangi dengan histeris.
"Ini bunganya juga sama, kan?" Taufan menaik turunkan alisnya.
"Iya, Pan!" jawab Pelangi dengan begitu gembira.
Tanpa Pelangi sadari, tubuhnya reflek melakukan hal yang sama sekali tidak ingin ia tunjukkan. Pelangi memeluk erat Taufan karena begitu terkejut dan senang akan apa yang Taufan usahakan ini. Taufan yang mendapat pelukan itu pun hanya bisa mematung lalu kemudian membalas pelukan Pelangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Teen FictionCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...