"Aku tidak memaksamu untuk menyukai sesuatu yang tidak kamu sukai, tapi aku akan berusaha mengajarkanmu bagaimana cara menikmati apa yang tidak kamu sukai itu dengan caraku"
---Ella Es Mìa---
"Pelangi, maaf ya?"
Pelangi baru saja masuk ke dalam mobil yang dikendarai Taufan tersebut dan ketika hendak mendaratkan tubuhnya untuk duduk di jok bagian depan yang berada di samping Taufan, ia sudah diberi pertanyaan dari Taufan tersebut.
Pelangi menolehkan kepala ke arah Taufan berada, "Enggak lagi marah, Pan," ujar Pelangi menjelaskan sambil tersenyum.
Taufan pun menampilkan senyum tanda kelegaan dari dirinya. Ia takut sekali kalau pacarnya tersebut marah kepadanya karena terlalu lama menjemputnya.
"Tumben banget!" ujar Taufan sambil terkekeh.
"Serba salah deh," balas Pelangi yang membuat Taufan menghentikan kekehannya karena takut jika Pelangi justru akan marah benaran.
Taufan pun melajukan mobil yang mereka kendarai tersebut tanpa ada arah yang pasti kemana mereka akan pergi. Taufan ingin bertanya kepada Pelangi, namun ia takut kalau nanti malah akan mendengar omelan dari Pelangi.
Ponsel milik Taufan berdering, namun Taufan tidak bisa menatap layar ponselnya karena ia sedang fokus mengendarai mobil.
"Cantik, coba liatin siapa yang nelepon," pinta Taufan dengan begitu manis.
Pelangi yang mendengar rayuan Taufan tersebutpun ingin melepaskan tawanya karena merasa geli, namun hal tersebut enggan ia lakukan karena ia masih mampu menahan hal tersebut. Pelangi pun menuruti apa yang dikatakan oleh Taufan. Ia meraih ponsel milik Taufan dan melihat notifikasi panggilan video call dari Badai.
"Dari Badai, nih!" Pelangi menyerahkan ponsel tersebut kepada sang empunya.
"Angkatin, dong!" pinta Taufan lagi.
"Ih, enggak bisa. Entar mereka mikir yang aneh-aneh kalo gue yang angkat," alibi Pelangi.
Sebenarnya ia enggan ketahuan sedang bersama Taufan karena ia sangat sensitif jika teman-temannya tahu ia bersama laki-laki itu. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya ia jika diledek oleh teman-temannya.
"Aneh gimana?" tanya Taufan dengan mengerutkan dahi namun masih fokus menatap ke arah depan.
"Enggak mau, Topan," jawab Pelangi.
"Ya udah. Kalo enggak mau, reject aja!" usul Taufan.
Pelangi pun membulatkan mata ketika mendengar jawaban dari Taufan tersebut. "Jahat banget! Kalo penting gimana?"
"Gimana sih? Tadi enggak mau, sekarang bilang jahat," balas Taufan.
Pelangi pun akhirnya hendak menggeser icon telepon berwarna hijau, namun hal tersebut tidak terjadi karena panggil telepon tersebut telah berakhir. Pelangi hendak meletakan kembali ponsel milik Taufan ke tempat semula, namun hal tersebut gagal terjadi karena tiba-tiba tampak adaa sebuah notifikasi panggilan video call lagi, tapi kali ini bukan dari Badai, melainkan dari Manggala.
Pelangi yang masih memegangi ponsel milik Taufan tersebut, tidak segaja menyentuh dan menggeser icon telepon berwarna hijau, sehingga ketika ia mendekatkan ponsel milik Taufan tersebut dengannya, wajahnya tampak jelas di kamera.
"Buset!" ujar Manggala di seberang telepon sana.
Tampak ada sosok Badai juga di layar ponsel milik Taufan tersebut. Ternyata Manggala dan Badai sedang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
Teen FictionCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...