"Ombak dan perasaan kita saling beradu. Siapa yang lebih menggetarkan hatimu?"
---Ella Es Mìa---
Pelangi hendak memutar langkahnya dan akan memilih untuk kembali ke atas saja karena tidak ada yang peduli kepadanya. Entah mengapa rasanya ia sangat sensitif hari ini, terutama kepada Taufan.Namun sebelum ia mulai melangkah, dari arah belakang, terdengar suara seseorang yang meneriakan namanya.
"Pelangi!" teriak Taufan.
Pelangi membalikkan tubuhnya kembali dan mendapati sosok Taufan dari kejauhan. Dilihatnya Taufan mulai berjalan mendekatinya dengan dua buah kelapa muda di kedua tangannya.
"Nih," ucap Taufan sambil menyerahkan satu buah kelapa muda yang ada di tangannya.
Pelangi pun menerimanya dan masih menatap heran ke arah Taufan. "Dapat dari mana? Manjat?" Pelangi mengarahkan pandangannya ke arah pohon kelapa yang ada di tempat dimana ia melihat Taufan ketika memanggil namanya tadi.
Taufan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kok cepet?" Pelangi masih tidak percaya dengan jawaban Taufan.
"Ya, enggaklah! Orang di sana ada warung atau kedai atau apalah gitu yang jual kelapa muda," jawab Taufan dengan jujur akhirnya.
Pelangi menyeruput kelapa mudanya dan tanpa ingin membahas hal itu lagi. Tanpa disangka, Pelangi melupakan kekecewaannya yang tadi. Mungkin sedikit berlebihan apa yang ia rasakan tadi, tapi ya sudahlah.
Pelangi mulai menyusuri tepi pantai dengan diikuti oleh Taufan di belakangnya. Beberapa kali ia membalikkan badan sehingga berhadapan dengan Taufan sambil menampilkan senyuman yang tidak jelas dan tentu saja hal tersebut membuat Taufan beberapa kali pula mengerutkan dahi sebagai isyarat bertanya.
"Lama-lama pegel juga ya pegang kelapa muda segede gini," sindir Pelangi.
Taufan yang merasa tersinggung karena ia telah menyusahkan gadis itupun mengambil posisi menyusul langkah gadis itu dan merangkulnya dari samping sambil memegangi kelapa muda milik Pelangi, yang kebetulan saat itu Pelangi masih menyeruput air kelapa mudanya.
Pelangi pun menghentikan seruputannya dan menolehkan kepala ke arah Taufan. Mereka kini saling bertatapan namun tak menghentikan langkah sama sekali. Tak lama kemudian mereka tertawa bersama.
"Paan sih lo! Enggak jelas banget!" ucap Pelangi sambil tertawa. Taufan pun hanya membalasnya dengan tawa pula.
"Sebenernya, bisa tau beli yang pake gelas, cuma gue iseng aja gitu biar ada sensasinya. Tapi malah dikitan yang ini daripada yang gelas ya?" ujar Taufan yang membuat Pelangi kembali tertawa.
"Peritungan banget sih!" Pelangi lagi-lagi melepaskan tawanya.
"Tapi mahalan ini, Pel," ujar Taufan kembali.
"Ya udah, balikin sana!" canda Pelangi yang masih menghadirkan tawanya.
"Enggak ah, sayang!" balas Taufan.
Mendengar apa yang diucapkan Taufan tersebut membuat Pelangi kebingungan. "Kenapa sayang?"
"Cie, manggil sayang!" goda Taufan.
Bukannya marah, Pelangi malah melepaskan tawanya lagi. Entah mengapa rasanya suasana hati Pelangi sedang baik saat ini, bahkan baik sekali.
Setelah menghabiskan air kelapa muda mereka, Taufan mengemalikan kembali buah kelapanya kepada kedai tadi karena kebetulan mereka sedang melewatinya. Taufan pun kembali dengan cengirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ella Es Mía [ COMPLETED ]
JugendliteraturCover by @Candylnd Perjuangan seorang Rafael Taufan Aldito dalam membahagiakan orang yang ia sayangi, walau orang tersebut sangat susah untuk mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Gadis itu adalah Pelangi Angela. Seorang gadis keras kepala...