Prolog

5.9K 280 8
                                    

Dring...dring...

Dering ponsel dari seorang pria paruh baya yang sedang berjalan menuju pintu pesawat kelas bisnisnya. Hari ini ia akan pulang ke Jakarta dari Surabaya.

Ia segera menjawab telfonnya sebelum pesawat berangkat.

"Hallo?" sapanya.

"Iya, hallo! Kau di mana? Hfft.. Hah.. Hufftt.." terdengar suara wanita di sebrang sana dengan napasnya yang tak teratur. Hari ini ia akan melahirkan.

"Aku di pesawat!" jawab lelaki paruh baya itu yang diketahui namanya adalah Rodi Axandra.

"Hufftt.. Kenapa kau masih di pesawat, hufft.. Cepatlah datang.. Hufftt."

"Hei, Fatwa. Aku sekarang sedang di pesawat, setelah sampai Jakarta baru aku akan segera rumah sakit!" lelaki paruh baya ini mengambil duduk depan seseorang yang umurnya tampak lebih muda sedikit darinya.

"Huft.. Cepatt kau datang!"

"Iya-iya, sebentar lagi-" ucapannya dipotong oleh seorang pramugari.

"Maaf mengganggu, pak! Pesawatnya akan segera berangkat, bisa tolong matikan ponselnya?"  ujar pramugari.

"Ouh, iya baiklah." jawab Rodi. "Fatwa, aku akan menghubungimu lagi nanti." lanjutnya. Ia pun mematikan ponselnya dan memasukkan ponselnya ke saku celananya.

"Ada apa?" tanya lelaki di depan Rodi. Yang tak lain dia adalah adiknya Rodi, Roni Axandra.

"Kakak ipar mu, dia akan segera melahirkan." ujarnya dengan senang.

"Wah selamat kak, akhirnya anakku tidak akan main sendirian nanti." Roni segera memeluk kakaknya, ia ikut merasa bahagia.

"Iya, terima kasih. Setelah sampai, aku akan segera pergi ke rumah sakit."

"Apa aku boleh ikut?"

"Tentu saja, kenapa tidak."

"Iya, baiklah."

*****

Rodi beserta adiknya Roni berjalan bersamaan dengan kedua tangan mereka yang mendorong troli koper.

Lalu ponsel Rodi kembali berbunyi. Dan ia segera menaruh benda pipih itu di telinganya.

"Hallo?"

"Hai suamiku, selamat!" ujar Fatwa bahagia.

"Bagaimana persalinannya?" tanyanya semangat.

"Persalinannya sangat lancar, dan ada kabar baik untukmu!"

"Kabar baik apa?"

"Impianmu tercapai, kau punya anak perempuan."

"Benarkah? Wah Fatwa, aku sangat bahagia." Rodi terlihat bahagia, sudah 5 tahun ia dan istrinya menunggu hari ini tiba.

"Jangan bahagia dulu, karena ada berita yang mungkin akan membuat kita susah." Nada suara Fatwa mulai memelan, dan terdengar sedih.

"Apa?"

"Karena-" ucapannya tergantung membuat Rodi tak sabar ingin tahu. "Karena kita harus merawat dua bayi sekaligus!" lanjutnya.

"Kembar? Haha.. Ini benerankan gak...."

Ditengah kebahagiaan Rodi beserta istri, Roni yang sedari tadi menyimak sang kakak yang sekarang sudah teralihkan pandangannya, tiba-tiba ia memasukkan sebuah kantong kresek hitam ke dalam tas kecil milik Rodi.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang