33. Perasaan Yang Tak Tertukar

843 81 0
                                    

Kayra berjalan sendirian di koridor sekolah yang tampak masih sepi. Ia hari ini tidak memakai masker atau pun kacamata, karena hari ini Disha yang akan menutupi wajahnya.

Kayra terkejut, ketika tangan berat seseorang berakhir di pundaknya, sampai ia memagang dadanya sendiri, karena benar-benar terkejut.

"Kak, Erland, bikin kaget aja," umpat Kayra merasa lega saat tahu orang itu ternyata Erland.

"Hehe.. Maaf!" Erland cengengesan, lalu ia menarik Kayra, dan membuat Kayra duduk di kursi, setelah itu ia ikut duduk di sebelah Kayra.

"Bel masih lama," ucap Erland.

"Terus?" tanya Kayra bingung.

"Ya kita ngobrol dulu lah," jawab Erland.

"Ngobrol apa?" tanya Kayra lagi.

"Apa aja, yang penting ngobrol,"

"Dih, kok yang penting ngobrol,"

"Gak mau ya ngobrol sama gue?"

"Gak, Kak–" ucapan Kayra yang belum sempat selesai, dipotong cepat oleh Erland.

"Oh, lo benaran gak mau ngobrol sama gue, ya!" Erland menekuk kedua sudut bibirnya, merasa sedih.

Kayra tertawa kecil. "Gak, Kak–"

"Tuh, kan, ya udah kalau gitu–"

"Eh!" Kayra memegang tangan Erland untuk menahan Erland yang sempat ingin berdiri, dan berpura-pura ingin pergi.

"Dengerin dulu, Kak, mau main pergi gitu aja," gerutu Kayra kesal.

Erland mengacak-ngacak puncak rambut Kayra gemas. "Bercanda," ujar Erland, yang masih menaruh tangannya di puncak rambut Kayra, berharap Kayra akan marah, tapi nyatanya tidak.

Erland bahkan sampai menurunkan senyumnya, karena ia sadar bahwa Kayra yang ia kenal kemarin, sekarang tampak berbeda.

Sempat melamun sesaat, Erland tersadar dan kembali tersenyum. Ia tak peduli apa yang ia pikirkan sekarang, yang penting ia senang bisa duduk bersama Kayra dan mengobrol sekarang.

Tapi di sisi lain, ternyata ada yang tidak suka melihat mereka berdua bersama. Tara. Dia yang sudah lama suka pada Erland, merasa sangat benci melihat kebersamaan Kayra dan Erland. Ia dari sejak lama sudah mengejar Erland, tapi yang dapat malah Kayra.

Tara mengepalkan tangannya kesal, lalu mengentakkan kakinya kesal, dan pergi dari tempatnya barusan. Ternyata bukan hanya Tara, di sisi lain juga, dari jarak yang tidak terlalu jauh, Arkan tengah mematung melihat Kayra yang sedang bercengkrama seru dengan Erland, hingga membuat dirinya kesal.

"Kok bisa, Disha ketawa kayak gitu sama dia?" tanya Arkan pada dirinya sendiri.

Seorang gadis dengan wajah yang tertutupi masker dan kacamata, juga kepala yang ia tutupi dengan penutup kepala dari hoodie nya, mendadak menghentikan langkahnya ketika ia melihat Arkan terdiam.

Disha terkejut, dan segera membuka kacamatanya untuk melihat lebih jelas, apa yang sekarang sedang Arkan lihat. Di balik maskernya, Disha tersenyum jail. Ia lalu kembali memakai kacamata, dan berjalan mendekati Arkan.

Setelah berdiri di samping Arkan, Disha berdeham, yang membuat Arkan segera menoleh ke arahnya.

"Mendadak gue mendengar suara, kretek-kretek," cibir Disha, membuatnya mendapatkan balasan tatapan sinis dari Arkan.

"Hati lo lagi patah, ya? Soalnya suara kretek–nya beneran kedengeran banget," lanjut Disha mengejek Arkan.

"Siapa sih lo? Sok kenal gitu sama gue!" balas Arkan, memojokkan Disha, sampai membuat Disha kesal, dan malu karena ia tahu Arkan memang tidak dekat dengan Kayra yang selalu menutupi wajahnya.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang