38. Gara-Gara Basket

658 61 26
                                    

Varnaz mengerutkan dahinya seraya menatap buku yang dipegang nya.

"Tapi... Ini–"

"Ayo Varnaz cepat kerjakan," suruh Bu Guru.

"I-iya, bu," ucap Varnaz.

Varnaz mendekati papan tulis, dan mulai mengerjakan soal yang di suruh. Setelah selesai, Varnaz kembali duduk di bangkunya, dan terlihat canggung untuk mengembalikan buku milik Disha.

Sebenarnya Varnaz tidak salah membawa buku, Disha hanya ingin membantu Varnaz, dan mengatakan buku miliknya adalah milik Varnaz. Lagi pula tidak ada yang akan memperhatikan buku milik orang lain.

"Baik anak-anak–"

Tringgg.....

"Bel istirahat udah bunyi, kalian boleh istirahat," kata Bu Guru

"Iya, Bu..." jawab serentak.

"jawaban di papan tulis ini semuanya benar, yang jawabannya masih salah boleh diperbaiki, Ibu pamit," lanjutnya.

"Iya, Bu..."

Disha berdiri dan pergi keluar dari kelas.

Disha baik banget sama gue, tapi gue malah jahat banget sama dia_ Batin Varnaz merasa bersalah.

"Arkan," panggil ketua kelas.

Arkan menengadahkan kepalanya mendengar nama dirinya yang dipanggil. "Hem?" sahut Arkan.

"Pak Akbar manggil, katanya di tunggu di lapangan basket," ujar ketua kelas.

Arkan mengerutkan dahinya. "Kenapa manggil gue? Hari ini gak ada jadwal olahraga, kan?" tanya Arkan bingung.

"Gak tahu gue, kayaknya ini soal lo sama Erland tadi pagi, mending samperin aja dulu sana,"

Arkan berdecak dan berdiri pergi menuju lapangan basket.

***

Saat sampai di kantin, dan hendak menuju lapangan, Arkan sempat menoleh ke arah Disha yang tengah fokus bermain handphone seraya menyuapkan makanan yang ada di atas meja.

Arkan terdiam dan terus memperhatikan Disha. Erland yang berada di lapangan basket, juga tidak sengaja melihat Arkan yang tengah terdiam memandang seseorang. Kedua mata Erland pun beralih memandang seseorang yang tengah di pandang Arkan.

Erland terlihat tidak suka Arkan memandang Disha yang ia kira Kayra seperti itu.

"Arkan!!" panggil Pak Akbar.

Disha yang fokus pada handphone seketika kepalanya terangkat dan memperhatikan Arkan yang berlari menuju lapangan. Disha juga melihat Erland yang masih memperhatikan dirinya.

"Tim basket kumpul kemari," panggil Pak Akbar.

Erland berhenti memandang Disha, dan pergi ikut berkumpul dengan tim basket, dan juga Arkan, yang entah akan jadi apa sampai ia diikut sertakan kumpul dengan tim basket.

"Ada apa, Pak, manggil saya?" tanya Arkan.

"Jadi gini, Bapak ingin, kamu masuk tim basket sekolah kita," kata Pak Akbar, serentak membuat Arkan, Erland, Randi, dan Ihsan terkejut, sedangkan yang lainnya tampak biasa.

"Kok tiba-tiba, Pak?" tanya Arkan.

"Ya memang tiba-tiba, tapi tadi pagi Bapak liat permainan basket yang kamu lakukan bersama Erland menarik perhatian Bapak, dan Bapak pikir kamu bukan seseorang yang amatir, sampai kamu terlihat mudah mengalahkan Erland yang sudah sejak lama tidak ada yang mengalahkan dirinya, benarkan Erland?"

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang