"Sering sekali yang tidak bersalah, harus menanggung akibat dari orang yang bersalah."
Erland-Elsa
~•~
Sebagian siswa sudah bebaris rapi di lapangan untuk persiapan upacara yang akan diadakan sebentar lagi, setelah semua siswa dan guru berkumpul di lapang.
Aldo menutup bukunya, dan memperlihatkan wajah lega saat ia sudah selesai menyalin pr dari buku Arkan.
"Akhirnya nih pr beres juga," umpatnya merasa sangat lega dan santai.
"Rik, Kan, uks yuk!" lanjut Aldo mengajak kedua sahabatnya itu ke uks. Tau lah pastinya mau apa kalau hari senin tiba-tiba ngajak ke uks.
"Gak usah bolos!" ucap Varnaz mendahului Erik yang baru saja akan menjawab.
Aldo mengerucutkan bibirnya. "Kok gitu sih, mau ikut, by?" tanya Aldo.
"Halah bedak gak usah ikut-ikutan," cibir Erik bercanda.
Varnaz yang tadi tengah memakai bedak, mendadak terhenti dan spontan menatap Erik dengan tajam.
"Coba-coba ulang dong, Rik, tadi kuping gue kecocokan jadi gak denger!" ucap Varnaz meminta Erik mengulang perkataannya.
Erik terkekeh merasa tak berdosa. "Gue canda doang, Naz, jangan baper gitu," ujarnya.
"Lo bilang gue baper, hah? Lo gila apa, tanggung jawab woi, gue sakit hati ini!" Varnaz melemparkan buku Aldo pada Erik, namun Erik berhasil menghindar.
"Buku pr gue itu, anjir!" umpat Aldo seraya segera mengambil bukunya yang untungnya tidak rusak.
"Masa bodo!" Varnaz merebut buku Aldo kembali dari tangan Aldo, dan kembali melempar buku itu pada Erik, hingga mengenai kepala Erik yang sedang tak fokus tadi, hingga ia lupa untuk menghindar.
"Ah bedak lu mah, mainnya kasar!" ujar Erik kembali mengejek.
"Erik...." pekik Varnaz, sembari belari mengejar Erik yang sudah lebih dulu lari.
Aldo memegang atas rongga perut bagian kanan, dengan raut wajah yang menunjukkan rasa sedih.
"Kenapa lo?" tanya Arkan pada Aldo.
"Sakit hati gue, liat sahabat sama doi main kejar-kejaran kayak gini," jawab Aldo makin terlihat prihatin.
Arkan menggelengkan kepalanya. "Gue salfoknya sama tangan lo yang megang perut kanan lo, daripada liat seberapa sakitnya lo," ucap Arkan masih geleng-geleng kepala.
"Kan hati emang di sini, bukan di dada. Gue nih anak ipa sejati ya, jadi harus tahu letak hati sebenarnya di mana!" oceh Aldo, sekalian melampiaskan rasa kesalnya yang melihat doi dan sahabatnya masih saling mengejar.
"Gue minta maaf anjir, Varnaz, lo gak ngerti kata maaf!" kata Erik yang mulai kewalahan berlari mengelilingi kelas.
"Lo gak ngerti kata sakit hati apa, sini gue jambak dulu rambut lo, baru gue maaf-in lo!" tawar Varnaz.
"Enak aja," balas Erik, ia lalu berlari menuju pintu untuk kabur lebih jauh dari Varnaz, tapi saat ia keluar, tiba-tiba ia menabrak seseorang, hingga membuatnya dan orang ia tabrak jatuh ke lantai.
"Argh..." umpat gadis yang baru saja di tabrak Erik, yang membuatnya harus terjatuh ke lantai.
"Eh, sorry-sorry, gue gak liat ada lo!" ujar Erik merasa bersalah, sembari membantu gadis itu berdiri.
"Gara-gara lo sih, Naz!" lanjut Erik menyalahkan Varnaz.
"Dih, kok gue sih anjir? Karma itu nyata, Rik!" Varnaz membela dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Teen FictionDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...