25. Undangan Dari Arkan

1.1K 113 0
                                    

Kayra melamun menatap kosong ke depan. Rasa bersalah pada Disha masih mengganjal hatinya. Dia terus berpikir, apa dia salah harus dapat bantuan dari Disha? Rasanya, Kayra malah menjadi pembawa kesialan untuk Disha, secara sedari tadi dirinya terus mendengar pujian-pujian yang datang untuk Disha dari teman-teman Disha, bahkan Kayra mengakui bahwa Disha itu memang patut dipuji seperti tadi. Ini semakin membuatnya merasa dirinya pembawa kesialan.

Tapi bagaimana lagi, keras kepalanya Disha yang terus saja meminta Kayra untuk tak membongkar rahasia mereka berdua, harus membuat dirinya bungkam. Bagaimana ini, Kayra ingin sekali menjalani hidup biasa seperti gadis remaja yang pandai bergaul, tetapi dirinya juga tak ingin merepotkan seseorang, apalagi ini Disha, yang sudah banyak membantunya. Sudah merubah dirinya, membela dirinya, mau disalahkan untuk dirinya, kurang baik apalagi seorang Disha. Argh.. Rasanya Kayra ingin teriak seperti itu, tetapi tak bisa.

Krek

Kayra beralih melihat pintu kamarnya yang terbuka. Dua orang yang paling penting dalam hidupnya datang dari sana. Pak Axandra dan Bu Xandra.

"Mama, Papa," ucap Kayra membalas senyum kedua orang tuanya yang sekarang tengah berjalan menghampiri dirinya.

Pak Axandra dan Bu Xandra mendudukkan bokongnya di atas kasur Kayra, dan keduanya duduk di samping Kayra, yang artinya Kayra di tengah.

Bu Xandra mengelus punggung kepala putrinya itu dengan lembut.

"Anak Papa cantik banget sih," puji Pak Axandra yang mengelus punggung Kayra.

Kayra tersenyum kikuk. "Memangnya Kayra kalau gak kayak gini gak cantik ya, Pa?" tanya Kayra.

Pak Axandra dan Bu Xandra tertawa kecil bersamaan. "Kamu selalu cantik kok sayang," jawab Bu Xandra, membuat Kayra kembali tersenyum-senyum malu.

"Oh iya, kamu terdorong apa, sampai mau merubah diri kayak gini sayang? Gak pakai kacamata lagi," tanya Bu Xandra.

"Mmm.. Jadi, Kayra ada temen baik banget di kelas, dia mau bantuin Kayra, dan dia mau susah demi Kayra," jawab Kayra.

"Oh, teman kamu yang waktu itu bukan? Yang Papa harus meminta izin langsung ke kepala sekolah di sekolah kamu buat teman kamu yang diharuskan pakai kacamata hitam dan masker itu, ya bukan sayang?" tanya Pak Axandra lengkap.

Kayra mengangguk dengan cepat. "Iya, Pa, dia orangnya, baik banget kan?"

"Sangat sayang," jawab Pak Axandra.

"Mama belum kenal tuh, ajak dong teman kamu itu ke sini, Mama mau berterima kasih ke dia, karena sudah jadi teman yang baik untuk kamu,"

"Mmm.. I-iya Ma, lain kali Kayra ajak dia ke sini, kalau dia mau,"

"Kenapa tidak mau? Keliatannya dia anak yang asik, dan kayaknya bukan pribadi yang pemalu, pasti dia mau," ujar Pak Axandra.

Kayra tersenyum dan mengangguk. "Iya Pa, nanti Kayra ajak," jawab Kayra.

Kalau saja kembaran kamu masih ada sayang, pasti dia yang akan menjaga kamu, Mama tahu sebenarnya kamu itu sangat kesepian saat di sekolah.

Bu Xandra tiba-tiba terisak dan berkaca-kaca, membuat Kayra dan Pak Axandra segera menatap Bu Xandra, dan Bu Xandra segera mengalihkan wajahnya dan menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya itu.

"Mama kenapa nangis?" tanya Kayra, sembari memegang kedua bahu Mama nya itu, dan membuat Bu Xandra kembali menghadap dirinya.

"Hiks, enggak sayang, Mama gak pa-pa kok," jawab Bu Xandra masih mengeringkan pipinya itu dengan telapak tangannya.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang