04. Ketika Ketos dan Waketos Berdebat

2.1K 190 1
                                    

Disha dan Varnaz sedang berjalan di koridor sekolah untuk pergi ke kelas mereka. Langkah mereka terhenti setelah mendapati sosok pemuda di depan mereka yang tiba-tiba muncul.

Disha menghela napas dan memutar bola matanya malas. "Lo lagi, lo lagi!" lirih Disha kesal.

"Iya dong, di mana ada Disha di situ ada?"

"Arkan!!!" jawab Varnaz yang langsung bertos ria bersama pemuda yang tak lain dia Arkan.

"Apaan sih kalian!" ujar Disha.

"Ngomong-ngomong, mana nih si pemilik bedak?" tanya Arkan sembari celingukan mencari pemilik bedak.

Varnaz membulatkan matanya melihat bedak yang dimaksud Arkan adalah bedak miliknya.

"Mm.. Itu punya—" Disha menggantungkan ucapannya.

"Punya siapa? Biar kita hukum,"

Varnaz makin melebarkan matanya mendengar kata hukuman. Ia curiga jika sebenarnya Disha dan Arkan sudah berkonspirasi.

Varnaz melihat ke arah Disha yang tampak terus menggelengkan kepalanya seolah Disha menjawab pertanyaan yang berada dipikiran Varnaz sekarang. Padahal saat ini Varnaz tidak berpikir apa-apa:v.

Disha lalu membuang napas dan menjawab pertanyaan Arkan. "Sebenarnya itu punya gue!" bohongnya. Disha tidak mungkin membiarkan sahabatnya yang sudah baik padanya di hukum begitu saja.

"Jadi ini beneran punya lo?" lanjut Arkan bertanya.

"Iya, itu punya gue, kenapa sih!" kesal Disha.

"Kalau gitu, lo yang harus di hukum." Arkan memegang tangan Disha dan membawa Disha ke sebuah tempat yang menurutnya cocok untuk hukuman yang akan diberikannya pada Disha.

***

"Kok lo bawa gue ke ruang osis sih?" tanya Disha terheran-heran.

Arkan melihat terlebih dahulu pada Varnaz, lalu kembali pada Disha. "Biar gue jelasin nanti, buat lo Naz, mending sekarang lo pergi ke kelas bilang sama guru yang ngajar di kelas, gue sama Disha ada rapat osis." suruh Arkan.

"Tapi-" ucapan Varnaz dipotong Arkan.

"Sekarang!" titah Arkan.

"Iya." Varnaz lalu pergi meninggalkan ruang osis juga Disha dan Arkan berdua saja.

"Jadi apa yang harus gue lakuin sekarang?" tanya Disha.

"Jujur!" jawab Arkan membuat dahi Disha mengerut tak mengerti.

"Jujur apaan?"

Arkan menunjukkan bedak milik Varnaz. "Ini sebenarnya bedaknya Varnaz, kan?"

Disha melebarkan kedua bola matanya. "Ng-nggak, it-itu punya gue." jawab Disha terbata.

"Sha, gue tahu ini punya Varnaz, gue sering liat Varnaz suka pake bedak yang ini, lagian gue tahu lo gak akan pakai yang kayak ginian berlebihan sampai bawa make up ke sekolah. Gue juga sekelas sama Varnaz, gue tahu kebiasaan dia." oceh Arkan.

"Kalau lo tahu kenapa gak bilang aja di depan Varnaz tadi?"

"Karena lo selalu nutupin kesalahannya Varnaz, harusnya lo gak gitu, Sha!! Lo harus adil sebagai ketua osis, Varnaz juga pasti gak akan marah kalau sesekali dia di hukum, dia gak-"

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang