"Lo bisa, kan, gak usah pindah aja?!" pinta Arkan tulus.
"Kenapa gue harus turutin ucapan lo?" tanya Disha.
"Enggak, ya gue pikir, setelah malam ini lo bakalan berubah pikiran. Dan.. Sebenarnya gue juga lakuin ini supaya lo berubah pikiran!"
"Hah? Kenapa gue bakalan berubah pikiran?" lanjut Disha masih kurang paham.
Arkan menghela napas. "Jadi gini ya, rasanya jadi lo, saat gue selalu nanya yang aneh-aneh sama lo!" ucap Arkan.
"Maksud lo?" Disha lagi-lagi bertanya.
"Nggak, Sha, ayo kita balik aja!" ajak Arkan seraya berdiri dan berjalan lebih dulu.
Disha tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. Ia sebenarnya tahu apa yang dikatakan Arkan, Disha hanya mengerjai Arkan saja.
***
Disha sampai di pekarangan rumahnya. Ia lalu turun dari motor besarnya Arkan.
"Lo gak punya minyak wangi lain apa?" tanya Disha sembari mengembalikan helm Arkan.
"Emangnya kenapa?" tanya balik Arkan seraya mencium bau badannya sendiri.
"Ya itu, setiap saat lo pake minyak wangi yang sama." jawab Disha.
"Jadi selama ini, lo sering nyium wangi badan gue ya?" tanya Arkan dengan wajah menggoda.
"Ya gak gitu, maksud gue itu.. Lo itu, itu.. Mmm.. Itu gimana!" Disha jadi gelagapan sendiri. Jika harus mengaku, Disha memang sering memperhatikan atau mencium minyak wangi nya Arkan. Hanya saja dia gengsi mengatakannya. Bisa jatuh harga diri seorang Disha di mata Arkan.
"Itu-itu apa, sih, ketos?"
"Maksud gue, udah lo pergi aja sana, cepetan pulang, gue masuk duluan!" Disha mengalihkan suasana, lalu ia segera membuka pagar rumahnya.
"Ketos!" panggil Arkan membuat Disha menghentikan langkahnya yang hendak masuk rumahnya.
Disha berbalik. "Apa?" tanya Disha.
"Lo gak mau nawarin gue masuk gitu?"
"Perlu, kah?"
Arkan menekuk kedua sudut bibirnya. "Perlu, kah, lo nanya dulu?"
Disha menghela napas panjang. Ia lalu berjalan kembali mendekati Arkan. Disha melipat kedua tangannya setelah berada di depan Arkan.
"Lo pasti mau ngajak gue masuk, kan?" tanya Arkan. Sebelum Disha menjawab, Arkan lebih dulu semangat mencopot helm dari kepalanya.
Disha mengerutkan dahinya. "Lo mau ngapain buka helm?" tanya Disha heran.
"Ya, mau masuk rumah lo lah!" jawab Arkan.
Disha memutar kedua bola matanya. Ia lalu memakaikan helm Arkan ke kepalanya Arkan, lalu Disha juga segera menyalakan motor Arkan yang sempat dimatikan Arkan.
"Pulang!" suruh Disha. Lebih tepatnya, mengusir.
"Tapi–"
"Pulang, Pratama!!" potong Disha.
"Ck, ya udah lah, demi Clara apa sih yang gak bisa gue tolak!" Arkan merubah gigi motornya.
Disha berbalik untuk kembali ke pagar rumahnya. Namun, lagi-lagi langkahnya dihentikan Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Ficção AdolescenteDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...