10. Aku Padamu ‹3

1.9K 179 9
                                    

Senin pagi ini, Disha berjalan kaki untuk pergi ke sekolah. Tadi dia sudah pesan pada Varnaz supaya tidak usah menjemputnya, Disha tidak mau harus selalu merepotkan sahabatnya itu.

Ini sudah satu minggu sejak Disha dan Varnaz sekolah di SMA ini, juga sudah satu minggu Kayra tidak sekolah, bahkan hari ini, ia masih beralasan sakit kepada Mama nya. Tetapi tidak pa-pa, orang-orang di sekolah juga tahunya Kayra selalu sekolah dalam wujud Disha.

Tit..tit..tit..

Klakson seorang pengendara motor sangat menganggu Disha. Bagaimana tak menganggu, sudah sangat jelas sekali, Disha berjalan di pinggir jalan, tetapi pengendara itu terus saja mengklakson dirinya seolah Disha menghalangi jalan si pengendara.

Disha menghela napas, lalu berbalik melihat siapa yang sudah menganggunya sepagi ini.

"Siapa, sih, lo? Ganggu gue aja, lagian, kan, gue udah di pinggir, ngapain lo klakson lagi!" maki Disha pada seorang pemuda yang berseragam SMA dengan motor besarnya dan helm yang hanya menampakkan kedua matanya.

"Naek!" suruh pemuda itu. Suara pemuda itu tidak terlalu jelas karena tertutupi helm, jadinya Disha tak dapat mengenali siapa dia.

"Enak aja, lo mau nyulik gue, ya?" tuduh Disha.

"Enak aja, mana ada penculik pake seragam," balas pemuda itu.

"Terus ngapain ngajak-ngajak gue? Sok kenal lagi!"

"Udah, naik!" suruh pemuda itu lagi.

"Nggak, pokoknya nggak." Disha melanjutkan langkahnya, meninggalkan pemuda bermotor itu.

Baru saja Disha melangkahkan kakinya, pemuda itu berulah. Dengan sengaja, lelaki itu terus membunyikan klakson motornya, membuat orang-orang yang berada di sana memperhatikan Disha dan lelaki itu.

"Ih, lo berhenti gak, liat mereka pada ngeliatin kita!" ujar Disha kesal.

"Ya udah, naek!" suruhnya kembali.

Disha tampak merasa tidak enak diperhatikan seperti ini. Disha lalu melihat logo dari seragam pemuda itu, logo yang sama dengannya. Dari situ, Disha menyimpulkan, mungkin saja lelaki ini Erland. Bukankah Erland pernah bilang dia tinggal searah dengan Disha, jadi menurut Disha mungkin Erland.

Daripada malu diperhatikan, lebih baik Disha segera naik ke atas motor lelaki itu. Toh Disha juga yang enak, gak perlu capek jalan kaki.

Setelah Disha naik ke atas motor, dengan sengaja pemuda itu menghentakkan motornya, membuat Disha secara spontan melingkarkan tangannya di perut lelaki itu.

Disha melepas segera tangannya yang melingkar setelah tersadar. Ia lalu segera memukul punggung lelaki itu.

"Modus banget, sih, lo!" seru Disha.

Lelaki itu tampak tersenyum dari balik helmnya. Sementara Disha, dia sibuk mengendus sesuatu di belakang. Dia merasa tak asing dengan bau yang ia cium sekarang. Lebih tepatnya wangi Arkan ada pada pemuda itu.

"Gue mau tanya dong!" ucap Disha menghentikan lelaki itu yang hendak melajukan motornya.

"Apa?" tanyanya.

"Apa semua pria itu harus banget pake minyak wangi yang kayak gini?" tanya Disha.

Bukannya menjawab, lagi-lagi lelaki itu tersenyum dari balik helm nya. Setelah itu, dia segera melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

Setelah sampai di pekarangan sekolah, tampak sekali orang-orang menghentikan aktivitas mereka. Rasanya asing di mata mereka, melihat motor yang sekarang sedang di naiki Disha bersama lelaki itu.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang