~Lo itu cewek kedua yang gue jagain setelah Mami gue. Gue gak terima kalau ada yang nyentuh, atau macam-macam sama lo. Dan gue juga akan selalu sadar, kalau tugas gue itu jagain lo, bukan nyakitin lo~
•Arkan•
Disha dan Varnaz kini tengah berada di uks. Mereka ke uks karena tangan Disha terluka saat ia merebut benda tajam itu dari tangan Tara. Disha sedang duduk di atas kasur, begitu juga Varnaz yang duduk di atas kasur yang satunya, dan di depan Disha.
"Itu cewek geblek banget ya. Mereka beneran gila, nih kayaknya," ucap Varnaz tampak emosi.
Disha tersenyum miring. "Emang tuh, mereka pada sakit jiwa," tambah Disha.
"Kalau di sekolah kita dulu ada yang kayak gitu, beuh mungkin langsung ilang dari muka bumi ini," lanjut Varnaz.
"Maybe," jawab Disha.
Varnaz turun dari kasur. "Gue ke toilet dulu, ya? Tong (jangan) rindu lo sama gue!"
Disha bergidik sendiri. "Hidih, ngapain gue rindu sama lo. Yang ada lo hati-hati, nanti si Tara sama Cs nya nyakitin lo lagi, tadi aja mewek lo!" ledek Disha.
"Eh, gue gak mewek ya," sangkal Varnaz.
"Halah, bacot lu gak ada akhlak banget."
"Apa sih lo, Sha. Dah lah, gue ke toilet dulu. Tenang, selama ada Disha, Varnaz akan selalu baik-baik saja."
Disha mengangkat kedua jempolnya. "Cakep."
"Haha. Ya, udah, tunggu di sini ya?"
"Iya."
Varnaz segera keluar dari uks, meninggalkan Disha, yang kini tengah merubah posisi, dan sekarang sudah berbaring di atas kasur.
Selang beberapa detik yang lalu Disha merubah posisi. Seseorang menyelonong masuk, membuat Disha segera merubah posisi nya menjadi duduk kembali.
"Kayak kaget gitu, liat gue masuk ke sini," ucap orang itu sembari berjalan lebih dekat pada Disha. Dia ini orang yang sekarang sedang merasa bahagia, melihat Disha yang menurutnya sudah kembali ke sifatnya yang biasa. Arkan.
"Ya, iya, lah. Lo main masuk gitu aja, gue, kan lagi tiduran. Liat dong, rok gue pendek, yang ada lo mencari kesempatan dalam kesempitan lagi," tuduh Disha.
"Ya, enggak, lah. Lo itu cewek kedua yang gue jagain setelah Mami gue. Gue gak terima kalau ada yang nyentuh, atau macam-macam sama lo. Dan gue juga akan selalu sadar, kalau tugas gue itu jagain lo, bukan nyakitin lo," urai Arkan, menjelaskan begitu lengkapnya tentang dirinya yang begitu peduli pada Disha. Lebih tepatnya bukan peduli lagi, tapi perhatian yang begitu dalam seorang Arkan pada Disha.
"Masa?" tanya Disha serius.
"Iya," jawab Arkan.
"Bodo," ucap Disha malas.
"Ih, lo mah Sha. Kapan sih lo bisa serius sama gue?" tanya Arkan sungguh-sungguh.
"Kapan-kapan," jawab Disha singkat.
"Ya, kapannya itu kapan? Dan kapan itu kapan datangnya? Apa kapan itu datangnya harus kapan-kapan? Gue gak mau tiba-tiba kapan itu hilang dan nanti malah kapan-kapan lagi datangnya. Kan jadinya males kalau kapan-kapan," oceh Arkan.
"Apa sih, lo? Gue denger ocehan lo itu malah fokus ke kapannya anjir, ampe kalau gak salah, tuh kapan ada sembilan."
"Bukan sembilan, tapi kapannya kalau gue itung sama kapan-kapan jadinya dua belas," ucap Arkan membenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Teen FictionDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...