"Disha," panggilan itu menghentikan langkah kaki Disha dan Arkan yang masih berjalan berdua menuju kelas.
Disha berbalik diikuti Arkan.
"Iya, Bu," balas Disha setelah mengetahui bahwa wali kelasnya, Bu Sinta yang memanggil.
"Ibu tunggu di ruangan Ibu sekarang," ujar Bu Sinta, membuat Disha mengerutkan dahinya.
"Memangnya ada apa ya, Bu?" tanya Arkan mewakili Disha.
"Ini soal kejadian tadi di toilet, jadi cepat sekarang kamu ikut Ibu, kamu harus jelaskan apa maksud pertengkaran tadi, Tara juga sudah ada di ruangan Ibu, jadi cepat ikut Ibu sekarang," tegas Bu Sinta.
"I-iya, Bu," jawab Disha. Setelah berkata seperti itu, Bu Sinta segera membalikkan badannya dan pergi lebih dulu.
"Gue ikut, Sha, gue mau belain lo," ucap Arkan.
"Gak usah, gue aja," tolak Disha.
"Gak, gue ikut," paksa Arkan.
"Gak us–"
"Gue juga ikut woy," timpal Varnaz sembari berlari mendekat, bersama Kayra, Aldo, dan Erik.
Disha berdecak kesal. "Udah gak usah, kalian diem-diem aja di sini, gue bisa urus ini sendirian." setelah berucap seperti itu, Disha segera pergi menyusul Bu Sinta, dan meninggalkan mereka.
***
Disha dan Tara saling melempar tatapan sinis, tajam, dan kejam dari jarak yang dekat. Mereka sedang duduk bersampingan, sembari menunggu Bu Sinta yang sempat keluar sebentar dari ruangannya.
Klek
Perhatian mereka beralih pada pintu yang terbuka. Bu Sinta berjalan mendekat pada kursinya, lalu mendudukkan bokongnya di sana.
Bu Sinta menatap skeptis pada Disha.
"Kamu itu penerima beasiswa bukan?" tanya Bu Sinta dengan suara yang tegasnya itu.
"Iya, Bu," jawab Disha.
"Lalu perlakuan macam apa tadi? Apa pertengkaran ada dalam syarat penerima beasiswa?"
"Tapi Bu, Tara yang salah," tuduh Disha pada Tara.
"Kok gue, lo yang aneh tiba-tiba marah-marah ke gue tanpa alasan, jadi dia dong Bu yang salah," balas Tara tak terima.
"Gak Bu, saya gak salah. Dia yang salah, udah ngancem saya di toilet tadi, saya sih gak takut, tapi apa itu pantas, Bu?"
"Udah gue bilang gue gak ngancem siapa-siapa, kenapa lo dari tadi nuduh gue terus, hah?"
"Gue gak akan nuduh tanpa alasan, ini udah jelas pasti ulah lo, dan dia yang salah, Bu."
Disha dan Tara bercekcok saling menuduh dan menyalahkan. Disha merasa benar bahwa Tara yang sudah membuat tulisan itu di toilet tadi, sedangkan Tara merasa benar bahwa dirinya tak membuat pengancaman sesuatu, hingga masalah ini membuat mereka berdua saling menuduh, dan saling menginginkan kemenangan.
"Belum beres cekcok nya?" tanya Bu Sinta sinis.
Disha dan Tara berhenti beradu mulut, dan saling menundukkan kepalanya.
Bu Sinta menghela napas gusar. "Perlakuanmu hari ini sudah membuat Ibu berpikir kembali, apa kamu pantas mendapat beasiswa ini atau tidak," ucap Bu Sinta pada Disha.
Disha seketika mendongakkan kepalanya, dan wajahnya terlihat sendu, karena untuk pertama kalinya, dirinya harus mendengar kata pertimbangan atas prestasinya.
"Tara itu pintar, membanggakan sekolah ini, harusnya dia juga mendapat beasiswa yang seperti kamu dapatkan, tapi apa yang dia katakan, dia bilang masih banyak orang yang membutuhkan beasiswa itu lebih dari dirinya, sehingga dia mengalah dan menolak menerima beasiswa itu," lanjut Bu Sinta membangga-banggakan Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Teen FictionDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...