13. Disha Bisa Lebih Kasar Dari Tara

2K 171 13
                                    

Kini waktunya pulang.

Arkan memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dengan kesal. Hari ini benar-benar membingungkan untuk dirinya. Sesekali juga Arkan menengok ke belakang, melihat Kayra yang masih bersikap seperti sebelumnya. Malu-malu.

Kayra tampak selesai membereskan barang-barangnya. Ia menggendong tas nya, lalu Kayra segera pergi, melewati Arkan gitu aja. Disha juga memang suka seperti itu sih, suka pergi tanpa pamit. Tapi kali ini beda, ini parah banget perubahannya menurut Arkan.

"DISHA!!!" panggil Arkan, seraya berlari mengejar Kayra.

"Sha," panggil Arkan.

Kayra sama sekali tidak menengok, karena memang dirinya tak merasa terpanggil. Karena Kayra tak kunjung berbalik, akhirnya Arkan memegang pergelangan tangan Kayra, membuat Kayra seketika melihat Arkan.

"Sha, udah dong gue capek!!" pasrah Arkan, merasa sudah tak berdaya diperlakukan seperti ini oleh Kayra.

"Ca-capek, kenapa?" tanya Kayra merasa heran.

Arkan berdecak kesal. "Please, Sha. Gue suka lo yang kasar, gue gak peduli lo cuman mau kasar sama gue atau nggak, yang jelas gue pengen lo balik!!" mohon Arkan, berharap saat itu juga aksi prank Disha terungkap. Tapi bagaimana lagi, ini bukan sebuah prank. Ini sudah jelas sebuah kenyataan. Real life nya seorang Kayra, yang sangat jauh berbeda dengan Disha.

Kayra melepaskan tangannya dari genggaman Arkan. "Maaf, aku duluan," pamit Kayra seraya pergi, meninggalkan Arkan yang sekarang terlihat makin sedih.

"Gue suka lo yang kasar, Sha. Gue suka lo yang tegas, berani, gue gak peduli gaya lo mau gimana, yang jelas sifat lo jangan berubah," lirih Arkan berbicara sendiri, seraya berdoa semoga saja ini hanya tingkah jail Disha yang hendak menguji Arkan sebelum jadi pacarnya. Eh, ini mah maunya Arkan, ya.

***

Kayra berjalan dibeberapa anak tangga untuk naik ke kamarnya. Tanpa ia sadari, saat ini dirinya tengah tersenyum sendiri, mengingat obrolan pertamanya bersama seorang lelaki tadi, yaitu Erland. Kalau Arkan, itu bukan obrolan. Itu malah sebuah interogasi yang isinya keanehan semua.

Bu Xandra yang baru saja turun, tampak ikut tersenyum melihat putrinya untuk pertama kalinya senyum-senyum sendiri seperti ini.

"Ekhem." deham Bu Xandra, membuat Kayra tersadar.

"Mama," ucap Kayra.

"Jadi, siapa yang udah buat putri Mama senyum-senyum sendiri, hah?" tanya Bu Xandra dengan logat menggoda.

"Nggak, Mah. Gak ada siapa-siapa, kok!" jawab Kayra.

Bu Xandra mengerutkan dahinya tak mengerti. "Perasaan, Mama nanya siapa yang udah buat Kayra senyum-senyum, bukan di sini ada siapa?!" ucap Bu Xandra.

Kayra tertawa kecil. "Kayra ke kamar dulu ya, Mah." pamit Kayra.

Bu Xandra mengangguk. "Ya sudah, nanti turun untuk makan siang."

"Iya, Mah." Kayra berjalan naik ke kamarnya. Sedangkan Bu Xandra, kini tengah memperhatikan punggung putrinya, seraya menggelengkan kepalanya.

"Dasar anak muda."

***

Arkan mengebutkan motornya, meluapkan seluruh emosinya pada gas motor. Otaknya tak henti-henti memikirkan tentang perubahan Disha. Apalagi tadi di taman, ketika Kayra mengobrol bersama Erland.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang