"UDAH WOI!!!" geram Disha menghentikan Arkan dan Erland yang terus saling berdebat itu.
"Gitu doang pakek berantem segala," gerutu Disha kesal. "Udah, ya, gak usah berantem. Gue ambil punya kak Erland aja, pinjem ya, kak?"
Erland menunjukkan senyum kemenangan pada Arkan. "Dengan senang hati, silahkan lo pakek aja jas nya," ucap Erland seraya memanas-manasi Arkan.
Tampak tatapan sinis Arkan terlempar pada Erland. Arkan juga menatap Disha lesu, seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu, Arkan membeberkan jas labnya, dan segera memakai jas labnya itu.
Arkan mendelik kesal, lalu berbalik dan pergi dengan wajah yang tampak kesal.
"Dih, ngambek," umpat Disha
***
Di laboratorium, Disha tampak celingukan mencari Arkan. Terlihat kini Arkan tengah mengobrol, membuat Disha melongo sembari mengedipkan matanya beberapa kali. Tentu Disha akan merasa terkejut, begitu melihat Arkan mengobrol bersama torso anotomi tubuh manusia di pojokkan.
"Eh, gile busyet. Dah gila si Arkan?" tanya Varnaz kaget.
Disha terkekeh. "Aneh tuh orang," jawa Disha.
"Ya udah, lah, sana bujuk dia," titah Varnaz.
"Dih, ngapain gue bujuk dia?"
"Ya, bujuk aja kali," jawab Varnaz seraya menyenggol-nyenggol bahu Disha. "Gue ke depan, ya, mau bagiin ini." Varnaz menunjukkan beberapa kertas, lalu ia segera pergi ke depan.
Disha menggelengkan kepalanya, ia pun berjalan mendekati Arkan.
"Gue panggil lo, Tor, aja ya?" tanya Arkan pada patung yang sudah jelas itu adalah benda mati. "Gue panggil Tor aja lah, lo kan Torso. Masa gue panggil lo sayang sih, gak bisa itu cuman milik–"
"Ekhem." deham Disha, membuat perhatian Arkan beralih padanya.
"Tor, gue ke sana dulu, ya?" pamit Arkan. "Oke, siap," lanjut Arkan tambah aneh.
Arkan tampak sinis saat berjalan melewati Disha. Yah, itu cuman bohongan, lagi pula Arkan gak tega seperti itu pada Disha. Soal dirinya berbicara bersama torso, itu hanya kebiasaan Arkan. Kalau tidak ada Aldo sama Erik, dia selalu berbicara bersama kucing kesayangannya yang sudah meninggal, si Manis, dan kalau tidak ada manusia atau hewan yang bisa dia ajak bicara, dia selalu beralih ke benda mati, seperti torso ini. Memang terkesan gila, tapi bagaimana lagi, ini Arkan yang selalu aneh dalam setiap hal. Tapi dia masih sehat kok, sehat secara fisik maupun psikologis.
"Gila kali dia," umpat Disha.
Selang beberapa waktu, Bu Arni muncul dari balik pintu, membuat semua murid segera merapikan diri.
"Assalammualaikum, anak-anak," sapa Bu Arni.
"Waalaikumsalam," jawab semua serentak.
"Baik semuanya, kali ini kita langsung saja praktik uji golongan darah. Karena mungkin beberapa dari kalian pasti tidak tahu kan, apa golongan darah kalian?"
"Iya, Bu," jawab semua serentak
"Nah, jadi lebih efektifnya, kalau kita pakek darah kita sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Novela JuvenilDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...