"Tapi kalian saya pecat dari beasiswa!"
"HAH!!" kejut Disha dan Erland bersamaan.
"Ta-tapi, Pak–" ucapan Disha lagi-lagi dipotong Pak Davin sebelum Disha bisa menjelaskan semuanya.
"Besok kalian bisa sekolah seperti biasa, tapi sebelum itu kalian besok harus ke kantor saya, kita bicarakan biaya sekolah yang harus kalian bayar." Setelah berucap seperti itu, Pak Davin segera berdiri untuk pergi, tetapi Disha terus mencoba menghalangi dan terus meminta maaf.
"Pak, saya mohon, hal ini gak akan ke ulang lagi, Pak, saya janji, Pak!" ujar Disha terus mengejar Pak Davin hingga pintu.
"Pak, saya mohon.. Pak... Pak!!!" Disha sudah sampai berteriak, tetapi Pak Davin tetap tak mendengar dan dia sudah pergi menjauh dari kantor asrama.
"Pak, saya harus gimana?" lirih Disha sembari mematung, karena ia rasa sudah tak ada lagi pintu maaf yang akan diberikan Pak Davin untuknya.
Erland mendekati Disha dan mencoba memegang kedua bahu Disha untuk sekedar menenangkan Disha, namun sebelum ia bisa menyentuh bahu Disha, Disha lebih dulu menjauhkan diri dari Erland.
"Gue harus apa sekarang?" tanya Disha pada dirinya sendiri. Dengan tatapan kosong Disha yang mengarah ke depan, semakin membuat Erland merasa sangat bersalah.
"Gue harus bicara apa sama, Ibu?" lanjut Disha.
"Gimana cara gue bayar sekolah?"
"Gue... Kenapa gue jadi kayak gini?"
"Kenapa–"
"Kay, udah Kay, apa yang jadi masalah buat lo, sih? Cuman bayar sekolah, lo pasti–" ucapan Erland dipotong Disha.
"Apa? Gue pasti bisa, hah? Lo pikir bayar sekolah di sini murah? Gue bukan orang kaya, kayak lo!" Disha membentak Erland di akhir kata-katanya.
"Kay, gue minta–"
"Mudah banget lo minta maaf!" Disha segera pergi dari ruangan kepala asrama ini, dan meninggalkan Erland.
Erland sempat mematung sesaat, dengan batin yang terus mengutuk dirinya sendiri.
"Bodoh lo Erland, lo bego anjir, lo tolol bangsat!!" Erland terus memukul kepalanya sendiri, dan menyalahkan dirinya sendiri. Ya ini memang kesalahan dia.
Erland lalu segera berlari mengejar Disha untuk mencoba meminta maaf kembali.
"Kay!!" panggil Erland nyaring, tetapi Disha tak berbalik sekali pun.
"Kay!" Erland memegang pergelangan tangan Disha, membuat langkah Disha terhenti.
"Berhenti panggil gue Kayra!!" ucap Disha sembari menepis kasar tangan Erland.
"Asal lo tau aja, kalau gue ini bukan…" Disha menggantungkan ucapannya. Hampir saja ia mengatakan hal yang seharusnya ia rahasiakan antara dirinya dan Kayra saja.
"Bodoh gue bisa kenal sama orang kayak lo!" lanjut Disha, setelah itu ia pergi menuju kamarnya.
Erland mengepalkan tangannya dengan kuat, sampai urat ditangannya terlihat jelas. Erland membalikkan tubuhnya dan pergi berjalan menuju luar asrama siswi.
Bukannya kembali ke asramanya, Erland malah memberhentikan taksi, dan segera pergi ke tempat tujuan yang ingin ia datangi saat ini.
***
Bruk
Erland menendang keras sebuah pintu besar, dari rumah yang tentunya besar.
Orang-orang yang ada di dalam rumah ini seketika menghentikan aktivitas mereka, dan semuanya memperhatikan arah suara yang sudah membuat mereka terkejut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Teen FictionDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...