19. Berubah Untuk Merubah

1.6K 148 4
                                    

Disha dan Kayra kini tengah menyusuri koridor Mal, seraya melihat toko-toko yang tampaknya sudah membuat Disha giur, ingin membeli beberapa barang dari toko itu. Tapi ini Disha, yang sudah berniat datang ke sini hanya untuk keperluan Kayra, bukan dirinya. Tapi kalau ditawari, Disha mah mau.

Sebelum ke Mal, tadi Disha memutuskan untuk ke asrama dulu, dan mengganti seragamnya dengan pakaian biasa. Sekalian ia juga meminjamkan bajunya pada Kayra. Disha pikir, lebih baik mereka tak menggunakan seragam untuk berbelanja keperluan rencana plus merubah Kayra. Memang lebih etis seperti itu sih.

Disha mengerutkan dahinya, setelah ia tak mendapati Kayra di sebelahnya. Ia pun menoleh ke belakang, dan segera menghela napas gusar, melihat begitu lama sekali langkah dari gadis berkacamata, dan bermasker itu.

"Aduhhh... Lo bisa gak sih, kalau jalan tuh cepetan!!" ujar Disha kesal, seraya berjalan mendekati Kayra. Tak perlu lama-lama lagi, setelah berada di depan Kayra, ia segera memegang tangan Kayra, hendak menariknya supaya lebih mencepatkan langkahnya itu.

Namun, saat Disha kembali berbalik ke depan, dirinya dibuat terkejut hingga membuatnya mematung, seraya membelalakkan kedua matanya, mendapati sosok yang tak asing di matanya.

Tentu tak asing, karena apa yang dilihat Disha, adalah orang yang tak pernah absen dari penglihatan Disha, hingga sepertinya Disha akan selalu mengingat orang itu sampai kapanpun. Yang dilihat Disha, tak lain Arkan, yang sekarang tengah berjalan paling depan, dibanding kedua temannya yang memilih berjalan di belakang Arkan. Kedua temannya itu tentu saja Aldo dan Erik. Tampaknya mereka sedang menghabiskan waktu di Mal ini.

Jarak mereka tadi memang jauh, tetapi sekarang jarak Disha-Kayra, bersama Arkan-Erik-Aldo, tampaknya sudah makin dekat. Dengan cepat, Disha membelakangi Arkan Cs.

"Ada si Arkan, males ah!!" umpat Disha. "Sini-sini, gue pinjem maskernya," lanjut Disha, sembari mengambil paksa masker Kayra, dan segera ia pakai masker itu. Disha juga tiba-tiba meraih kacamata Kayra, dan segera ia pakai, supaya Arkan tak terlalu mengenal dirinya.

"Ta-tapi a-aku, gak bisa liat apa-apa," ucap Kayra, seraya mengucek matanya sendiri yang tak dapat melihat apapun dengan jelas.

"Aduhh.. Udah bentaran doang aja," ucap Disha seraya membalikkan tubuhnya.

"Shit!" Disha meringis, ketika keningnya beradu dengan kening seseorang, bahkan orang tersebut ikut mengumpat. Untung kening mereka yang beradu, beruntung juga Disha sedang memakai masker saat ini.

"Ah, sial, kenapa lo aduin kening lo itu ke gue sih?" tanya Arkan mengelus-elus keningnya. Bukan karena Arkan kesakitan, ia hanya berharap bisa berantuk bersama Disha. Ya, memang itu kejadian, tapi karena saat ini yang Arkan tahu, Disha itu ada dalam diri Kayra, mangkanya dia mengumpat.

"Kok jadi gue sih, lo yang berdiri di depan gue tiba-tiba," balas Disha kesal.

"Belakang anjir," timpal Aldo membenarkan.

Disha tak peduli dengan ucapan Aldo, ia memilih mengsejajarkan tubuhnya dengan Kayra yang tampaknya tinggi mereka juga sama. Agak tinggi Disha sih, cuman beda dikit.

"Sha, lo ngapain di sini?" tanya Arkan.

Disha membelalakkan kedua matanya. "Lah, lo ken–" belum Disha selesai berucap, Aldo lebih dulu memotong dirinya.

"Arkan nanya sama Disha, bukan sama lo cupu!" ujar Aldo, mengundang kedua mata Disha kembali terbelalak.

Tapi Disha harus menahan kemarahannya itu, lagi pula ia yang salah, ia lupa kalau Kayra itu mirip dengannya. Dan kenapa juga dia memakai masker Kayra, kalau ujungnya Arkan tetap menghampiri dirinya. Harusnya tadi dirinya membiarkan Kayra tetap tertutup, supaya Disha saja yang menjawab pertanyaan yang akan diberikan Arkan seperti barusan. Kalau Kayra yang menjawab kan repot, nungguin dulu ucapannya yang selalu terbata itu.

KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang