Beberapa saat lalu, Arkan sudah melakukan tiup lilin dan potong kue. Potong kue nya Arkan benar-benar membuat Disha tak enak di depan keluarga Arkan juga teman-temannya. Bagaimana ia akan merasa enak jika dirinya menjadi orang ketiga yang memakan kue setalah Mami dan Papi nya Arkan. Padahal menurut Disha masih banyak saudaranya sendiri yang lebih pantas menjadi yang ketiga memakan kue itu, atau gak bisa kan Aldo atau Erik dulu gitu, yang jelas-jelas sahabat baiknya, tapi ini malah langsung ke Disha aja.
Belum lagi Disha malah disuapin, kan jadinya banyak yang patah hati. Apalagi banyak gadis yang datang dari Bandung, yang jelas sudah lama mengenal Arkan dan mengagumi Arkan, walau mereka tahu hati Arkan cuman untuk Disha. Bahkan tadi tampaknya Erland kelihatan sangat kesal sekali. Pertama dirinya sangat susah untuk dekat-dekat dengan Disha yang ia tahu itu Kayra, ulah Arkan yang terus merapatkan diri pada Disha. Kedua karena Arkan sudah memberi kue ketiga itu untuk Disha, dan sekarang dirinya harus melihat Arkan dan Disha yang duduk bersebelahan dan saling bercengkrama, ya walau terkadang Disha agak risih sih, tapi terkadang juga Disha dibuat tertawa oleh Arkan.
Mereka duduk di kursi yang sudah tersedia dengan meja yang melingkar. Sebenarnya sih meja itu dikhususkan Arkan cuman untuk dirinya, Disha, Erik, Aldo, Varnaz, dan Kayra. Tapi karena ya masih ada lah untuk beberapa orang lagi, dan akhirnya Disha mengajak Erland dan kawannya untuk ikut bergabung. Walau tanpa persetujuan Arkan.
"Eh kalian tau kagak si Melly?" tanya Aldo tiba-tiba, membuat Erik yang tengah meneguk Air jadi tersedak, dan Air itu malah masuk ke saluran pernapasannya.
"Ah, anjir," umpat Erik sembari terbatuk-batuk.
Aldo yang tak tahan melihat wajah Erik yang keliatannya memerah, ralat, hidungnya yang memerah, langsung tertawa lepas.
"Kenapa lo?" tanya Arkan pada Erik.
"Melly cabe itu bukan sih?" ketus Varnaz.
"Iya Melly yang sok cantik itu, by, kelas IPS tiga di sekolah kita sebelumnya," lanjut Aldo.
"Ada apa sama si Melly? Hamil dia?" tanya Disha tak kalah ketus, dan itu mengundang tawa Aldo, Varnaz, dan Arkan.
Jangan salahkan Disha yang ketus nya itu terang-terangan ya. Gadis bernama Melly itu memang memiliki perilaku layaknya gadis malam. Rok sekolahnya saja pendek parah, sering mabok-mabokan, dan anak disko banget. Kalau di sekolah sih semua pria yang ada jijik sama dia, tapi kalau di luar sekolah, kek misalnya di bar, atau diskotek, semua lelaki memandang dia, tentu dengan sangat rendah. Tapi gadis itu tak pernah peduli, dan dirinya memang suka menjerumuskan diri ke hal-hal yang berbau dosa seperti itu. Dia orang kaya, yang bebas melakukan suatu hal sesuai keinginannya.
Oke, kita balik lagi saja ke pembahasan yang akan di bahas oleh Aldo.
"Bukan anjir," ujar Aldo sembari perlahan menghentikan tawanya.
"Terus?" tanya semua serentak kecuali Erik.
"Kalian tahu, semalam si Erik-mmm..." sebelum Aldo selesai berucap, Erik lebih dulu membekap mulutnya.
"Oke, pikiran gue traveling ini, jangan di bekap mulut Aldo nya, ih," ucap Varnaz mencoba membantu doi nya itu melepas tangan Erik dari mulutnya.
"Iya njir, lepas lu Rik," kata Aldo tak jelas.
"Kenapa sih ini, lo semalam ke hotel mana sama Melly anjir?" tanya Arkan pada Erik meledek.
"Apa sih, kagak anjir, ih amit-amit dah!!" gidik Erik sembari mengelus-elus dadanya, dan kembali duduk di kursi nya.
"Lanjut, Do," suruh Disha.
Erik yang jengah memilih melepes jas nya dan menutup wajahnya dengan jas itu, mencoba menutup rasa malu nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Teen FictionDua gadis kembar yang terpisahkan sejak bayi, kembali bertemu ketika mereka sedang duduk di bangku SMA. Namun, pertemuan mereka tidak membuat mereka berdua sadar, jika sebenarnya mereka itu saudara kembar yang terpisahkan. Mereka hanya tahu, bahwa d...