"RAIN!! BUKAIN PINTU!" Teriak Mikha di depan rumah Rain. Untung rumah Rain jaraknya berjauhan sama tetangga, jadi meskipun Mikha teriak sampai suaranya habis sekalipun, paling hanya terdengar seperti cicitan tikus dari rumah tetangga.
Mikha pernah protes sama Rain suruh pindah ke rumah yang tetangganya nggak terlalu begitu berjauhan seperti ini, tapi Rain yang dikenal keras kepala itu tetap memantapkan diri untuk terus berada di rumah satu-satunya peninggalan orang tuanya itu.
Karena sudah menjadi kebiasaan Mikha yang setiap habis magrib bakalan datang ke rumah Rain buat nemenin Rain alias menginap, Rain tinggal menekan tombol yang ada di remot. Otomatis pagar depan pun bergeser.
Setelah dibuka, Mikha menggeser kembali pagarnya karena Rain sudah memberikan wejangan buat menutup kembali pagarnya secara manual karena remote-nya cuma bisa membuka doang.
Sebenarnya, Rain sudah keseringan buat bilangin Mikha untuk tinggal masuk saja ke rumahnya tanpa teriak teriak seperti di hutan begitu, tapi bukan Mikha namanya kalau ngomong tidak pakai toak.
"PINTUNYA BUKAIN, RA!"
"Tinggal didorong doang apa susahnya sih dia. Sudah tahu pintunya nggak dikunci." Rain mendumel sambil memakan snack di sofa dekat mini bar dapur.
Tak lama kemudian Mikha masuk mengampirinya.
"RA! BEL RUMAH LO MATI." ujarnya seraya melewati Rain begitu saja menuju dapur mengambil sekaleng soft drink.
Tidak menjawab, Rain pun segera beranjak ke luar rumah demi memeriksa bel rumahnya.
...
Hai!
Terima kasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Misterio / Suspenso(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.