Sesuatu memantul membuat mata Rain silau. Rain merabanya dan menerka kalau itu adalah sebuah cincin.
"RAIN! MAU MESAN MAKAN APA?!" tanya Mikha tanpa ada perasaan ingin membantu sama sekali.
"Terserah." sahut Rain sekenanya.
"OKE!" sahut Mikha. Ya, Mikha mendengar suara Rain walau kecil, tapi tidak terganggu dengan suaranya sendiri.
Mikha kembali masuk ke dalam rumah. Rain yang melihat temannya itu dari celah hanya bisa menatap datar sembari menahan sebal.
Rain masih memperhatikan sambil menyipitkan mata demi memeriksa apa yang salah dengan lonceng itu. Ia beberapa kali menarik talinya.
Setelah berpikir sejenak dan entah seperti mendapatkan wangsit, Rain mencoba melepaskan cincin perak itu dari sana. Dengan melewati proses yang lumayan membuat leher dan tangannya pegal, akhirnya Rain berhasil juga melepaskan cincin itu bertepatan dengan datangnya pengirim paket makanan.
"RAIN, AYO MAKAN!" Ajak Mikha.
"Kamu itu benar-benar tidak peduli dengan apa yang sedaritadi saya lakukan ya. Kamu teman macam apa sih." ucap Rain sembari memasukan cincin itu ke saku celananya.
"HEH! JANGAN MENGGIRING OPINI NEGATIF SAMA PEMBACA LO YA." sahut Mikha dari bangku teras. Ia membuka paket makanannya disitu karena kali ini ingin makan di luar.
"Iya iya. Habisnya saya kesal kamu nggak ada inisiatif buat ngasih saya minum daritadi. Saya kan haus."
"EMANG KALO GU---"
KRING! NG! NG! NG!
Lonceng yang ditarik Rain menggema. Ternyata benar, masalahnya dicincin perak itu.
Tapi, kenapa bisa gitu? Padahal cincinnya hanya sekedar menyangkut saja. Dan dari mana cincin itu berasal?
...
Hai!
Terima kasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.