Setelah Rain berhenti untuk terus mencoba bersuara, lambat laut bagian dari kamarnya berwarna monokrom dan memunculkan sosok laki-laki yang tidak Rain kenal. Satu hal yang pasti, laki-laki itu adalah orang yang biasa Rain lihat dalam waktu sepuluh detik. Rain membulatkan matanya karena tidak percaya kalau sosok itu kini nyata ada di hadapannya.
"Selama 41 hari menuju kematianmu, kamu akan melihat bagaimana dunia kematian adalah kehidupan yang sebenarnya." ujarnya dengan suara penuh bariton.
"Jangan khawatir, kamu cuma akan melihat dunia kematian itu hanya ketika kamu memasang cincin itu saja. Tapi, semenjak kamu menemukan cincin itu, mulai sekarang kamu akan melihat dengan bagaimana saat-saat terakhir seseorang menjelang tiga jam kematiannya."
Rain ingin sekali bicara, tapi lagi-lagi suaranya tidak keluar. Ia ingin sekali menanyakan, apa maksud dari itu semua. Apakah ia harus percaya ini? Rasanya seperti masuk dalam cerita fiksi saja.
"RAAAIIIINNN!!!!" Teriak Mikha dari balik pintu kamar sembari menggedor-gedor pintunya agar Rain segera keluar.
Rain membuka matanya. Ia melihat ke sekitar. Ia masih berada dalam kamarnya. Tapi, sosok laki-laki tadi sudah tidak ada. Cincin yang tadi ia temukan juga masih ada tergeletak di nakas.
Suara berisik dari luar membuat Rain sadar sepenuhnya. Ia lalu beranjak ke kamar mandi tanpa peduli pada Mikha yang sebentar lagi akan menghancurkan pintu kamarnya.
"Hujan."
Rain terperanjak saat membuka pintu kamar mandi.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Misteri / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.