Guru matematika itu lantas bersiap melemparkan kapaknya ke arah Rain. Dengan refleks Rain meloncat ke samping seraya menjerit hingga terdengar suara gebrakan dari belakangnya. Mata Rain masih terpejam. Ia tidak berani membuka matanya.
"Rain! Rain! Saya hukum ya kamu karena sudah mengabaikan panggilan guru." suara guru matematika yang tepat di samping Rain seketika merubah dunia monokrom itu kembali ke realita.
"Ke lapangan sekarang!" ujar guru matematika itu setelah Rain menyadari keberadaannya.
"Sa-saya minta---"
"Sekarang, Rain! Atau mau ibu tambahin?!"
"Saya ke lapangan saja sekarang, Bu."
Dengan langkah seperti orang tanpa beban alias santai, Rain berjalan melewati Mikha yang ternyata pindah duduk ke depan, Mikha melotot padanya sambil berkata tanpa suara mengucapkan 'Rasain. Sudah disenggolin nggak nyadar-nyadar.' Rain menanggapinya hanya dengan meniup rambut yang jatuh mengenai matanya. Ia lalu pergi ke lapangan, tapi tak lama berselang ia kembali lagi.
"Bu Guru, lapangan yang mau di bersihin yang mana, ya?" tanyanya.
"Yang mana aja, kalau kotor bersihkan."
"Terlalu banyak, Bu. Bisa tidak kalau---"
"Oke, bersihkan kolam renang sekalian mau?"
"Eh. Jangan, Bu. Saya ke lapangan saja kalau begitu."
Rain sebenarnya bukan anak nakal, baru kali ini ia kedapatan mematung di pelajarannya oleh seorang guru paling menyeramkan di Landing Hight School. Bukan salah dia sebenarnya, tapi dunia itu yang tiba-tiba masuk ke indera penglihatannya.
Dan, sesampainya Rain di lapangan.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.