Tanpa Rain sadari, ternyata kini dia bukan berada di lorong menuju kantin rumah sakit, melainkan balkon lantai empat yang masih dalam proses renovasi. Sisinya belum ada dinding dan disitulah Rain menuju. Dia hampir saja terjun dengan bebas kalau saja tangannya tidak segera ditarik oleh seseorang yang tak lain adalah Areena.
"Lo mau bunuh diri?! Kalau ada masalah tuh nggak gini caranya, Rain!" teriaknya setelah berhasil menarik Rain dan berdiri mematung di hadapannya.
"RAIN!" Rain terperanjat saat suara Areena dengan nyaring menyerukan namanya.
"Lo kenapa, hah?!"
Rain tidak menggubris tanyaan Areena, ia sibuk melihat ke sekitar.
"Kok, saya ada di sini?" tanyanya dengan wajah bingung.
Areena mengerutkan dahinya.
"Maksud lo, lo nggak sadar udah jalan kemari?"
Rain mengangguk.
"Ya, emang sih dari lo datang tadi gue sempat lihat tatapan lo kosong gitu. Udah gitu jalannya terus aja lagi. Untung gue geraknya cepet. Kalau nggak, udah di kamar mayat lo sekarang."
Rain mengamati penampilan Areena dari bawah hingga atas. Areena memakai pakaian pasien rumah sakit.
"Kamu sakit?"
"Secara Jasmani gue baik-baik saja. Tapi secara mental gue terluka."
"Kamu sakit jiwa?" Rain bertanya dengan polosnya tanpa maksud apapun sebenarnya.
"Meskipun benar tapi kenapa gue sakit hati ya dengar tanya lo barusan."
"Maaf saya nggak---"
"Nggak apa apa santai aja. Gue udah bisa ngerti ko sama keanehan lo."
Rain mengangguk membenarkan. Sedang Areena mengulum senyum akibat geli melihat keluguan Rain.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.