Sepeninggal Rain, Areena mengambil sekotak kecil dari sakunya. Kemudian membuangnya ke bawah. Ia tidak peduli barang itu mengenai siapa atau diambil oleh siapa. Tapi yang jelas, dengan tanpa alasan Areena berhenti merokok mulai hari ini.
_______
"Rain, lo dari mana aja, sih? Lama banget." sambut Mikha sesaat Rain menggeser pintu ruangan.
"Maaf saya tadi nyasar. Ini, minum dulu." Sehabis dari pertemuan kebetulannya dengan Areena, Rain hampir lupa tujuan awalnya ingin membeli minum kalau saja tidak melihat anak kecil yang lagi nyedot teh rio yang lagi duduk di bangku ditemani suster yang lagi memegang tiang infus anak kecil tersebut.
"Gimana keadaan mereka?" tanya Rain seraya duduk di sofa.
"Seperti yang lo lihat. Dokter belum bisa mastiin kapan orangtua gue bangun." jawab Mikha dengan wajah datar.
"Kamu seperti tidak kelihatan sedih." komentar Rain.
Mikha hanya tersenyum simpul menanggapinya.
"Apa kamu akan menginap di sini?" tanya Rain sambil melihat jam ternyata sudah pukul 9 malam.
Mikha menggeleng.
"Gue nginap di rumah lo, ya?"
Tanpa berpikir Rain langsung mengangguk mengiyakan.Keluar dari pintu rumah sakit. Rain melihat Areena sudah tidak lagi memakai baju pasien, ia terlihat menuju parkiran motor.
"EH, ITU ADA BIDADARI SEKOLAH KITA DI SANA!" tunjuk Mikha heboh. Dan tentu saja, semua orang yang ada di halaman langsung menatap Mikha dengan wajah takjub, bingung, sekaligus kesal. Pasalnya Mikha tiba-tiba teriak gitu aja.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.