"Lo akhirnya update juga. Gue jadi penasaran sama si hoodie itu siapa. Spoiler dong, Ra." ujar Gabra sesaat Rain meletakan tasnya di laci.
"NGGAK!" Yang nyahut adalah Mikha yang juga baru datang. "ENAK AJA LO PINTA SPOILER. LO NGGAK LIHAT, NIH ANAK KEMARIN KETIDURAN KAYAK MAYAT GARA-GARA BEGADANG BUAT GAMBAR SATU EPISODE DOANG?! KEBANGETAN LO YA."
"Santai kali nggak usah ngegas." Gabra kembali berjalan ke tempat duduknya sambil menggerutu.
"Bodo. Nih, Ra buat lo." ujar Mikha seraya meletakkan sebotol kratingdaeng di atas meja Rain.
Rain menatap botol itu dan Mikha secara bergantian.
"Kamu itu sebenarnya menyemangati saya apa mau ngejek, sih?" tanyanya sambil memegang botol kratingdaeng.
"Biar lo nggak setidur kayak kemarin, Ra." Alasan Mikha.
Rain mengembuskan napasnya hingga terdengar suaranya.
"Tapi nggak harus dikasih minuman orang dewasa juga kali, Mik." protes Rain."Kita sudah kelas tiga. Sebentar lagi lulus dan kuliah. Itu artinya kita sudah mau dewasa, Ra."
"Itu artinya masih belum. Sudahlah, mending kamu kasih ke kang Ritno saja sana." tolak Rain bersikeras. kang Ritno yang dimaksud adalah tukang jaga sekolahan.
"Ck, ya udah ntar pas istirahat aja. Sekarang lagi mager."
Tak lama berselang bel pun berbunyi. Sebelum guru masuk, Rain inisiatif mengambil bukunya.
Pada saat tangan Rain meraih tasnya, dalam waktu sepuluh detik potret hitam putih seorang laki-laki tengah menatapnya lurus berlangsung singkat. Sampai akhirnya tangan Rain berhasil ditarik kembali.
"Pak Bara daritadi liatin lo terus. Fokus sebelum jidat lo kena spidol." tegur Mikha.
...
Hai!
Terima kasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mistero / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.