Eps. 28

27 3 0
                                    

"Buat gue nggak ada, Ar?" tanya Mikha dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Areena tidak langsung menjawab. Ia hanya memberikan senyum seperti orang yang meminta maaf.

"Ya udah. Nggak apa-apa. Kami ke kelas dulu ya. Dah, Areena." seru Mikha lalu menarik Rain agar segera jalan dengan cepat.

Sesampainya dalam kelas, Mikha penasaran apa yang dituliskan Areena untuk Rain. Padahal mereka bisa saja bicara langsung.

Rain tidak berniat melarang Mikha untuk kepo dengan surat yang dia pegang sekarang. Dengan santai ia membuka kertas itu sambil ditatap dengan saksama oleh Mikha.

Nggak ada.
Nggak ada tulisan.
Kertasnya bersih.

Hanya benar-benar kertas biasa.

"Tuhan itu adil ya. Manusia itu emang nggak ada yang sempurna. Secantik - cantiknya orang, sekaya apapun, pokoknya nyaris sesempurna apapun, pasti akan selalu ada kekurangannya." komentar Mikha dengan menggelengkan kepalanya.

Rain masih menatap lurus pada kertas itu. Rain yakin sebenarnya ini bukan kertas biasa.

"Rain! Mikha! Kalian niat belajar tidak?" tiba-tiba saja guru matematika sudah ada dalam kelas.

Rain segera meletakkan kertasnya ke laci, namun ketika meletakan kertas itu di laci, kelasnya berubah jadi monokrom. Rain kembali masuk dalam dunia kematian. Guru yang tadi dilihatnya berubah menjadi seorang yang tidak terduga. Ia memegang kapak ditangannya. Matanya tajam melihat Rain.

"Kamu akan mati, Rain!"





...



Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊

Forty One Day's [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang