Rain rebahan di kasur balon di atas kolam renang miliknya. Di pinggir kolam ada Bumi yang duduk dengan mencelupkan kakinya ke air.
"Kak Bumi." panggil Rain sesaat balon kasurnya mendekat ke tubuh Bumi.
"Iya?"
"Apa yang kakak tahu dari cincin perak yang tergantung di lonceng rumah?"
Bumi menggeleng pelan.
"Aku tidak begitu banyak tahu, Hujan.""Tapi, kakak tahu kalau saya bisa lihat yang nggak bisa saya lihat sebelumnya dengan cincin ini."
"Hanya itu saja. Selebihnya aku nggak tahu apa apa."
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa Kakak bisa tahu? Kakak pernah memakainya?"
"Hanya tahu saja."
Rain kesal karena sama sekali tidak mendapat jawaban dia inginkan.
"Sekarang dimana cincin itu kamu letakan?"
"Di kam--" Rain ingin mengatakan kalau cincin itu di atas nakas dalam kamarnya, tapi terhenti karena mendapati cincin itu tersemat di jari telunjuk kanannya.
"Ini sudah yang kedua kalinya, Kak. Aku tidak tahu kapan aku memasang cincin ini." jelas Rain dengan heran.
"RAIIIIINNNN!" Tiba-tiba Mikha datang sambil membawa kue black forest kesukaannya Rain.
Rain melihat Bumi yang beranjak menjauh menuju rumahan kecil yang ada disudut kolam.
"Mikha, kamu belum mandi. Ayo, berenang dengan saya." ajak Rain sesaat ia menyuap kue ke mulutnya.
"Ayo!"
Dengan penuh semangat Mikha menceburkan diri hingga menimbulkan cipratan air yang besar ke sekitarnya.
Lagi. Sketsa monokrom itu muncul.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.