Eps. 27

26 4 0
                                    

"RAIN, AYO BALIK! SELERA MAKAN GUE HILANG GARA-GARA KAGET BARUSAN." Meski kalimatnya tidak persis, tapi maksudnya juga sama dengan apa yang Rain alami dalam beberapa saat yang lalu.

"RAIN! AYO! MALAH MATUNG LAGI! KENAPA SIH HOBI BANGET TIBA-TIBA JADI PATUNG GITU. BURUAN BENTAR LAGI BEL!"

Rain lalu beranjak setelah meminum habis jus yang ada di gelasnya. Sesaat ia mencari keberadaan Areena. Tidak ada. Adegan selanjutnya tidak lagi mirip. Tapi, Rain masih dilanda kebingungan. Karena apa yang terjadi tadi terlalu nyata. Kecuali bagian monokrom yang terjadi di toilet. Rain tahu bahwa kejadian itu ada tapi bukan di alamnya saat ini.

Ketika melewati toilet, naluri alami Rain tergerak. Tapi kali ini ia meminta Mikha untuk ikut menemaninya.

Selesai mencuci muka dan berkumur, Rain mendongak. Semua masih normal.

Tapi sebelum ia beranjak pergi dari toilet, seseorang memanggilnya.

"Rain!" suara itu dengan lantang memanggil namanya. Rain lalu berpaling.

"Siapa?" sahutnya. Tapi tidak ada sahutan.

"Apanya yang siapa? Lo ngomong sama siapa? Toilet sepi cuma kita berdua yang masuk." ujar Mikha dengan suara normalnya.

"Ya sudah, lupakan saja."

Mikha mengangguk saja walau sebenarnya juga bingung nan heran dengan tingkah Rain.

_________

"Hei!" Areena memanggil ketika Rain dan Mikha melintasi kelasnya.

"Ini buat kamu." ujarnya dengan memberikan kertas mirip surat pada Rain.

"Buat saya?" tanyanya. Areena mengangguk dengan wajah tersenyum tapi ada yang lain dari tatapan matanya. Rain menyadari itu, tapi Mikha tidak.






...



Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊


Forty One Day's [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang