Orang yang memanggil Rain adalah cewek yang tadi dilihatnya.
"Lo yang namanya Rain kan?" tanyanya dengan mendekat.
Pandangan Rain berubah gelap sesaat sebelum akhirnya menampilkan latar yang monokrom. Sekolahnya tak lagi berbentuk gedung elit, sebagian berlumut dan beberapa koridor ditumbuhi tanaman liar. Beberapa mahkluk berlalu lalang dengan rutinitas layaknya manusia hidup. Mereka berpakaian seperti pakaian pada umumnya. Hanya kulit dan wajah mereka saja yang putih dan pucat. Satu hal yang Rain percaya, mereka bukan manusia.
Begitu pun dengan cewek yang tadi dilihatnya. Ia mengampiri dengan meminta tolong.
"Tolong aku, Rain. Sembuhkan aku seperti mahkluk lain." pintanya dengan muka memelas.
Lagi-lagi ketika Rain ingin berbicara, suaranya tidak keluar sama sekali.
"Rain, kepalaku sakit. Tubuhku juga kesakitan, Rain. Tolong."
"RAIN!!" Tepukan yang mendarat di kedua bahu Rain menyadarkannya dari dunia kematian. Rain melirik jari di tangan kanannya. Sejak kapan cincin itu terpasang?
"Gue ngajakin lo ngomong dari tadi masa lo nggak dengar?" Rain baru sadar kalau cewek itu masih ada di hadapannya.
"Iya? Kenapa? Kamu siapa?"
"Gue Areena. Gue tanya kenapa lo kalau lihat gue tatapan lo melotot kayak lagi lihat setan? Gue kan jadi tersinggung."
"Ehm, sebenarnya saya tidak bermaksud seperti itu. Cuma---" Mata Rain teralihkan pada jam tangan yang dipakai Areena. Itu bukan jam tangan biasa.
"Cuma apa?"
Rain tiba-tiba melepas paksa jam yang ada ditangan Areena.
"Rain! Lo apa-apan?! Sakit, Rain! Lepasin!"
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.