Eps. 38

21 2 0
                                    

Ketika Rain membuka pintu hendak berangkat sekolah, pemandangan di hadapannya mendadak berubah menjadi monokrom dan memperlihatkan bukan bagian dari halaman rumahnya, melainkan sebuah tanah lapang yang abu-abu. Dari kejauhan, sekelompok orang tengah menggotong satu keranda seperti menuju ke rumahnya.

Jatung Rain berdesir. Napasnya naik turun. Meski ia tidak tahu siapa di dalam sana. Tapi perasaannya terasa resah.

Benar saja, sekelompok orang itu berhenti tepat sepuluh meter dari hadapan Rain berdiri. Tanpa Rain sadari, ternyata di sana sudah ada lubang yang siap untuk memakamkan. Rain menutup mulutnya saat tercekat dengan penampakan yang pertama kalinya ia lihat. Waktu orangtua dan kakaknya meninggal dulu, Rain tidak diperbolehkan melihat proses pemakaman mereka karena dianggap masih terlalu kecil. Tapi sekarang Rain bisa melihat dengan jelas.

Setelah petinya sudah tertanam, orang-orang pun menimbunnya dengan tanah disekitarnya.

"RAIN AURORA ASTERINDY! LO MAU TELAT BERANGKAT SEKOLAH, HAH!?" Teriakan Mikha berhasil membuat Rain kembali ke realita. Mikha berada selangkah di depannya.

"Hobi kok jadi patung. Ayok!" Mikha menyeret Rain yang masih mengerjap ngerjap. Rain juga pasrah saja diseret sampai sepatunya nyaris terlepas.

"Ra!" panggil Mikha yang kali ini menyetir menggunakan mobilnya.

Rain yang melihat ke luar jendela pun menoleh.
"Apa?"

"Jangan keseringan melamun. Nanti hilang." ujar Mikha.

"Apanya yang hilang?"

"Cantik lo bisa hilang kalau keseringan melamun jadi patung. Ntar malah gue yang dikira gila temenannya sama manekin."

Rain memutar bola matanya malas.






...





Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊

Forty One Day's [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang