Malam ini, Rain dan Mikha lagi jalan jalan nyari jajanan. Jalan jalan yang memang jalan kaki, tidak menggunakan transfortasi apapun.
Setibanya mereka di tempat yang mana banyak orang jualan dengan menyediakan tikar dan meja untuk lesehan, perut keduanya pun berbunyi bersamaan.
"Eh, gue laper, Ra. Kita makan apa nih?"
Rain tampak memperhatikan ke sekitar.
"Saya mau martabak sayur saja."
"Yaudah, kita beli punya lo dulu abis itu temenin gue nyari mie ayam." Rain mengangguk begitu saja.
________
Sudah pukul 11 lebih Rain dan Mikha masih asik memburu jajanan. Entah sudah berapa banyak mereka menimbun kolestrol.
"Kita pulang, yuk. Udah mau tengah malam ini." Ajak Mikha sembari mengelus perutnya yang terasa begah.
"Ayo!"
"Serasa di Korea ya, pulang pergi jalan kaki terus pakai jaket tebal." komentar Mikha dalam perjalanan.
"Kalau di Korea sih bagus. Mereka berjalan beriringan dengan gebetan, bukan sama sahabat. Pula, mereka pakai jaket karena kedinginan, bukan seperti kita takut masuk angin."
Mikha mendelikan matanya pada Rain yang berjalan lurus tanpa peduli wajah bete Mikha yang sebal dengan ucapannya.
"Ngerusak imajinasi gue aja lo, Ra."
"Imajinasi itu ditulis biar jadi karya bukan cuma dibayangkan saja."
"Tau deh yang jadi penulis." cibir Mikha.
Rain tidak menyahut lagi.
Sesampainya di rumah, tiba-tiba Mikha pamit pergi tidak jadi bermalam karena orangtuanya sudah sadar. Jadilah Rain ditinggal sendirian lagi. Tadinya mau ikut, tapi Bumi bersikeras melarangnya karena sudah larut malam.
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.