Rain mencium aroma bunga dari berbagai jenis bunga sejak ia bangun dari tidurnya. Ia membuka pintu dan mencari sumbernya dari mana namun tidak menemukannya. Wanginya membuatnya tenang. Sama sekali tidak ada rasa takut. Dengan santai Rain beranjak ke kamar mandi dan bersiap memakai seragamnya. Sejak dari kemarin, Mikha terus menjemput Rain. Pasalnya, karena Mikha sudah mendapat izin mengemudi dan mobil baru dari papanya.
Baguslah, setidaknya mobil Rain bisa istirahat.
Selang beberapa saat Rain mengunyah roti sarapannya, hujan turun setelah kemarau panjang. Airnya cukup deras sampai menciptakan kabut hingga jalanan sulit terlihat.
Rain duduk ke tepi jendela dengan menggenggam segelas susu. Ia memperhatikan embun yang menempel di kaca.
Perasaannya menjadi lebih tenang dari biasanya. Hangat menjalar dari susu yang dihirupnya hingga ke tenggorokan.
Untuk pertama kalinya Rain malas untuk pergi ke sekolah. Ia ingin berada lebih lama di dalam rumah. Memandang hujan, sambil menikmati suaranya yang jatuh dengan memejamkan mata.
Rasanya damai sekali.
Lambat laut suara hujan seperti memelan hingga akhirnya hanya tersisa suara hening yang bising. Dengan perlahan Rain kembali membuka matanya. Halaman rumahnya tak lagi memperlihatkan pekarangan yang basah akibat hujan, melainkan halaman yang luas penuh dengan batu nisan. Rain memicingkan matanya memperjelas apa yang dilihatnya. Masih tetap sama. Di depan rumahnya lebih mirip area pemakaman.
"RAIIINNNN!! HEKS! RAIIIINN!!" tiba-tiba terdengar suara seseorang menyerukan namanya sambil menangis.
"Mikha?"
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.