"BANGKE! GUE KAGET DONG, RAIN. LONCENG LO BUNYINYA NGGAK KIRA-KIRA YA." Komentar Mikha.
Rain turun dari tangga setelah selesai mengunci wadah lonceng kembali. Ia lalu mengampiri Mikha.
"Saya lebih kaget lagi sama suara kamu. Tapi untung saya diam aja. Kalau nggak, sudah saya usir kamu." Rain lalu beranjak ke dalam buat cuci kaki dan tangannya.
"YEH, HIDUP LO BAKALAN SEPI KALAU NGGAK DENGAR SUARA AMAZING GUA DALAM SEHARI, RA. CAMKAN ITU."
"COBAIN!" Teriak Rain membalas teriakan Mikha tidak kalah lantang.
"NGGAK MAU! INI SUDAH JADI CIRI KHAS GUE!"
Tak lama kemudian Rain datang sambil meminum gelas akua yang digigit bawahnya. Ia lalu duduk di depan Mikha yang menggelengkan kepala melihatnya.
"LO TUH YA, UDAH CAKEP, TAJIR, PINTAR, TAPI SAYANG KELAKUAN JELATANYA ITU LHO YANG BIKIN MINES."
Rain tidak peduli, ia kemudian membuka paket makanannya. Tanpa suara ia memakannya, sedang Mikha terus mengoceh layaknya radio rusak. Hebatnya, telinga Rain kebal.
___________
Pada pukul 5 dini hari, Mikha pulang ke rumahnya. Tapi nanti jam 7 balik lagi buat jemput Rain untuk berangkat sekolah bareng.
Rain yang sudah bangun daritadi hanya menatap datar ketika Mikha pamit pulang.
Sepeninggalannya Mikha, Rain lalu merogoh ke saku celananya yang tadi berisi cincin perak yang ditemukan dalam gantungan lonceng rumah.
Rain memperhatikan bentuk dan ukirannya. Tidak ada yang spesial. Hanya seperti cincin perak pada umumnya.
Rain lantas mencoba memasukan cincin itu ke jarinya.
...
Hai!
Terima kasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Детектив / Триллер(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.