Sepeninggalnya Mikha, Rain tidak langsung beranjak tidur. Ia memilih untuk duduk sebentar di ruang makan sambil memperhatikan cincin yang ada di tangannya.
Cincin itu sama sekali jauh dari kesan istimewa. Persis seperti kali pertama Rain menemukannya. Meski pernah mengeluarkan cahaya satu kali pada saat ia menemukannya, dan sudah. Hanya pada waktu itu saja. Setelahnya, biasa saja.
"Kenapa rasanya seperti nasib hidup dan mati saya seakan diatur oleh cincin perak ini, ya?" tanya Rain sendirian.
___________
Besoknya di sekolah.
"Rain." panggil Areena pada Rain yang baru saja menutup pintu mobilnya.
"Areena?"
"Ada yang mau gue omongin sama lo." Rain mengerutkan dahinya.
"Gue butuh darah lo." ujar Areena tanpa basa basi.
"Buat apa? Emang nggak cukup kamu nyerap energi saya waktu itu?"
"Nggak. Gue butuh darah lo sekarang!"
"Kamu tuh, ya! Kita itu nggak begitu kenal dekat. Tiba-tiba saja kamu meminta darah saya seperti preman begini?! Sebenarnya mau kamu itu apa, sih?!" Rain tidak terima karena Areena meminta seperti mendesak dan menekannya.
"Rain!" panggil Mikha yang baru datang lalu mengampiri Rain dan mengaitkan lengannya.
Seketika itu Areena pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun.
"Lo berantem sama Areena?" tanya Mikha.
"Nggak. Dia aneh."
"Lo juga biasanya aneh."
Rain menatap datar ke mata Mikha.
"Ck. Dah ah, yok, ke kelas!"
Ajak Mikha seraya menarik Rain untuk menapaki lorong menuju kelas mereka....
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.