Rain ternyata membawa kertas HVS yang diberikan Areena tadi. Ia menyimpannya di saku rok.
Setelah selesai menyapu lapangan basket, Rain duduk selonjoran dulu sebentar di bawah tiang penyangga ring. Ia lalu mengeluarkan kertas HVS tersebut sembari menyaksikan dengan konsentrasi penuh.
"Kertasnya bakal terbakar kalau lo lihatin terus kayak gitu." tegur Areena yang saat itu sedang berjalan membawa peralatan optik dari kantor.
Rain menoleh ke sumber suara.
"Ini sebenarnya apa?" tanya Rain."Ntar lo juga bakal tau sendiri." ujar Areena dengan berlalu menjauh.
"Ck!" Rain lalu menadahkan kertas tersebut ke atas layaknya menerawang duit. Dengan begitu singkatnya kini Rain menemukan jawabannya.
Tulisan itu bisa kelihatan kalau Rain terawang dengan cahaya.
Lalu dengan mendongak Rain membaca tulisan tersebut.
'Lapangan Nobita jam 7 malam.'
Ternyata itu surat ajakan bertemu dan tempatnya di lapangan depan rumah Rain.
"Dia kenapa tidak bicara langsung saja, sih." gerutu Rain. Ia lalu beranjak ke lapangan futsal, lalu ke softball, dan terakhir lapangan golf mini.
______________
Sore harinya Rain sudah siap menunggu kedatangan Areena. Sekarang sudah pukul 6, Rain sudah stand by satu jam sebelum jam perjanjian.
Sembari menunggu kedatangan Areena, Rain pun memasang cincin perak ke jarinya. Ini kali pertama ia sengaja memasang, biasanya terpasang sendiri. Tidak tahu kenapa tiba - tiba saja ia sengaja melakukannya.
"Rain!" Areena datang sambil membawa setangkai bunga lily.
"Kenapa bawa bunga segala? Kamu jalan kaki?"
"Gue diantar sama---"
"Hai, Rain!"
...
Hai!
Terimakasih sudah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty One Day's [Completed]
Mystery / Thriller(Selesai.) Ketika kematian adalah sebuah kehidupan nyata yang tidak kita sadari.. copyright© votavato 2020 ®All Right Reserved 🚫Dilarang menyalin, menjiplak, mengembangkan karya ini tanpa izin pengarang! -Keseluruhan cerita cuma fiksi.