Sebelum baca siapin komentar kalian!
Happy Reading!
.
.
.Sudah tiga hari ini Kyra terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Sudah tiga hari ini juga gadis itu belum membuka matanya. Setelah melewati masa kritisnya tiga hari yang lalu gadis itu dinyatakan koma. Semua hanya bisa berdoa, berharap Kyra cepat bangun dari masa koma.
Di ruangan VVIP ini Alkano menatap nanar wajah pucat gadis di depannya. Ia merasa sangat sakit melihat gadisnya yang terbaring lemah.
"Sampai kapan elo bakal kayak gini, Ra? Tiga hari nggak natap mata elo, gue rasa udah cukup. Gue mohon cepet bangun sayang," kata Alkano.
Alkano menatap lekat wajah Kyra. Ingin sekali laki-laki itu melihat senyum dari bibir pucat Kyra, menatap mata gadis itu yang selalu membuatnya terasa tenang dan damai.
"Gue bacain surah yasin mau?" tanya Alkano yang berharap diberi anggukan oleh Kyra.
Alkano mengecup singkat punggung tangan Kyra. Setelah itu ia mengeluarkan phonsel dari saku hoodie-nya. Dengan jari-jari tangan yang lincah, Alkano mengetik sesuatu pada benda pipih itu.
"Kamu dengerin baik-baik ya," ucap Alkano yang kemudian menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan.
Mata Alkano yang tadinya menatap wajah pucat Kyra kini beralih menatap layar phonsel di tangannya.
"Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim."
Alkano mulai membaca Surah Yasin dengan penuh penghayatan. Lantunan ayat suci yang keluar dari bibir Alkano itu mengalun merdu di seluruh penjuru ruang VVIP yang ditempati Kyra.
Tanpa sadar air mata Alkano turun dari kelopak matanya. Ia sangat berharap jika Kyra akan membuka mata setelah ia membacakan surat Yasin itu. Alkano ingin menjadi seseorang yang pertama kali melihat bola mata Kyra. Bola mata yang tidak mampu membuatnya menahan rindu. Bola mata yang selalu nyaman jika Alkano menatapnya. Alkano rindu bola mata itu.
"Shadaqallahul-’adzim’ ... hiks ... hiks ...." Alkano menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Air mata laki-laki itu terus mengalir, walaupun Alkano sudah berusaha untuk menahannya.
Perlahan ia menjauhkan tangannya dan mengusap wajah dengan punggung tangan. Alkano mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum kembali mendongkak dan menatap wajah Kyra.
"Bangun sayang, liat di sini cuma ada aku yang nemenin kamu. Mana orang yang kamu pertahanin itu? Cuma aku yang ada di sini bukan dia."
"Keluar dari ruangan anak saya!"
Suara yang tak asing bagi Alkano membuat laki-laki itu menoleh. Laki-laki itu segera mengusap air matanya. Alkano mulai berdiri dari duduknya, ia kemudian berjalan mendekati wanita berjilbab yang tengah berdiri di dekat pintu kamar.
"Tante ada apa?" tanya Alkano bingung.
Wanita berjilbab yang merupakan ibu kandung Kyra menatap mata Alkano damai dan berkata, "Kamu pulang saja, Kyra sudah tidak butuh kamu. Seseorang yang anak saya cari ... sudah saya temukan."
Mulut Alkano menganga tak percaya. Hatinya bagai di hantam benda begitu keras. Kepala Alkano menggeleng merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Tan-Tante ... nggak bercanda kan?" tanya Alkano memastikan.
"Saya serius. Kamu bisa pulang, dan lupakan anak saya. Dan jangan pernah kamu datangi anak saya lagi." Wanita berkerudung hijau muda itu berkata dengan suara bergetar.
Alkano bungkam. Lagi-lagi merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar. Hatinya terasa hancur berkeping-keping sekarang. Ingin sekali ia berkata, tapi lidahnya terasa kelu. Tubuhnya terasa kaku di tempat.
"Kamu ... penyebab anak saya berada di sini," lanjutnya membuat Alkano merasa bersalah.
Laki-laki itu menundukkan kepalanya. Walau bukan murni kesalahannya ia tetap merasa bersalah karena tidak menjaga orang yang ia cintai dengan benar.
"Silahkan keluar!" Zenna berkata sembari menunjuk pintu ruangan.
"Tante sa--"
"Dia ada di luar," ucap Zenna yang kemudian berjalan mendekati putrinya yang masih terbaring lemah.
Kening Alkano berkerut, laki-laki itu tak mengerti dengan ucapan Zenna terakhir. Dengan rasa sesak di dadanya Alkano berjalan keluar ruang rawat begitu saja. Tanpa mau pamit terlebih dahulu. Rasa sakitnya sudah membuat ego menguasainya.
"Hai bro ..."
Alkano dengan spontan mendongkakkan kepalanya. Laki-laki itu terkejut. Sorot mata Alkano menatap tajam mata laki-laki di depannya. Kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. Serta rahang kokohnya yang terlihat mengeras.
"Santailah, gue di sini bukan mau cari masalah sama elo kok. Gue cuma mau ketemu calon tunangan gue," ujar laki-laki berkaus putih dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Calon tunangan?" tanya Alkano memastikan. Laki-laki dihadapan Alkano mengangguk mantap. Dada Alkano semakin berdesir hebat saat itu juga.
"Jangan mimpi lo. Kyra nggak akan sudi punya tunangan kayak elo," ucap Alkano dengan suara beratnya.
Alkano terus saja mencoba menenangkan dirinya agar tidak memukul laki-laki menjengkelkan di depannya.
"Liat aja. Mana mau Kyra ninggalin gue itu baru bener. Gue bakal buktiin ke elo kalo Kyra bakal luluh ke gue." Setelah mengatakan itu, laki-laki berkaus putih segera masuk ke ruang rawat Kyra.
"Argh." Alkano mengerang sembari menarik rambutnya. "Kenapa sakit?" lirihnya. Alkano mulai kembali mengeluarkan air mata dengan tangan kanan yang memegangi dadanya.
"Gue nggak mau kehilangan lagi."
Haloo! Only You kembali update tapi blm bisa banyak ya hehe. Maaf sudah Hiatus lama. Yok comen-comen.
Apa kabar hati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen Fiction[R16+] Start : 01/2020 Slow Update! Follow sebelum membaca! Plagiat? Jauh-jauh! --- "Gue nggak pernah cinta sama elo, Al. Lo perlu tahu itu. Selama ini gue cuma main-main aja. Gue nggak pernah serius sama ucapan gue kalo gue suka sama elo," ucap Ky...