36 || Menjenguk Kyra

281 17 13
                                    


Happy Reading!
.
.
.

Malam ini tampak cerah. Gemerlap bintang-bintang menemani sang rembulan sabit di atas saja. Tidak ada awan mendung di atas sana, tapi ada di hati Alkano.

Dengan ditemani secangkir kopi susu hitam, Alkano tengah melamun menatap kolam renang sembari memetik senar gitarnya asal. Pikirannya tertuju pada ucapan ketika di rumah sakit tadi. Hatinya bergemuruh hebat. Ada sesak yang semakin bertambah.

"Gue nggak mau kehilangan lagi," lirih Alkano. Pikirannya melayang jauh pada kejadian beberapa tahun lalu. Setelah dahulu pernah ditinggalkan oleh orang yang begitu ia sayangi, kini ia kembali merasa kehilangan lagi.

"Enggak! Gue enggak akan biarkan itu terjadi. Kyra milik gue!" Alkano berteriak di akhir kalimatnya. Tak lama kemudian sebutir kristal bening berhasil lolos dari pelupuk mata. Namun, dengan cepat Alkano menyanggahnya.

Alkano mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. "Sampai terjadi apa-apa sama Kyra, gue akan habisin elo." Laki-laki berkaus putih itu berdialog, sembari mengingat orang yang mengaku calon tunangan Kyra.

Alkano berdiri dari duduk, dengan segera ia letakkan gitar kesayangannya pada tempat yang tadi ia duduki. Kakinya pun melangkah menjauh dari tempatnya tadi, tanpa memedulikan secangkir kopi susu yang masih utuh dan mengepul asapnya itu.

"Mau kemana lo?" Suara milik Athano itu membuat langkah Alkano berhenti. Alkano menoleh ke arah kakaknya itu, hembusan napas panjang keluar dari bibirnya.

"Mati." Jawaban singkat dari Alkano itu sukses membuat Athano membulatkan mata. Athano segera berjalan mendekat ke arah adiknya.

Plak!

"Aw ... lo udah nggak waras main tampar gue?" seru Alkano sembari memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Athano.

"Lo yang udah enggak waras," sahut Athano dengan suara yang ditinggikan. Dan pernyataan Athano itu sukses membuat Alkano mengerutkan keningnya bingung.

Athano kemudian menarik kerah baju Alkano. "Lo jangan terus patah semangat cuma karena Kyra. Masih ada cewek yang lain di luar sana. Sadar, Al!!" seru Athano dengan penuh penekanan.

Alkano mendorong tubuh Athano menjauh darinya. "Gue mau matiin TV di kamar." Setelah mengatakan itu Alkano kembali melanjutkan langkahnya. Sedangkan Athano menatap punggung Alkano dengan bingung dan kesal.

"Makanya jangan pelit ngomong. Gue pikir lo pengen mati."

***

Dengan celana jeans dan jaket kulit berwarna hitam itu Alkano sudah siap untuk pergi ke rumah sakit di mana Kyra dirawat.

"Lo serius mau ke sana?" Athano yang baru saja masuk ke kamar Alkano langsung angkat bicara. Alkano membuang napas panjang, diacaknya rambut secara asal. Laki-laki itu tidak menjawab, ia memilih diam dan ikut duduk di tepi ranjang bersama Athano.

"Apa lo percaya kalau dia calon tunangan Kyra?" seru Athano sembari menepuk pundak Alkano.

Alkano menoleh dan menatap lekat kakaknya itu. "Mulut buaya kayak dia gue percaya? Laki-laki kayak dia nggak bisa dipercaya. Pasti ini semua permainan. Dan gue harus selalu di samping Kyra, buat jagain dia," ujar Alkano.

Athano manggut-manggut. "Lo bener, sih. Tapi nyokapnya Kyra sendiri yang tadi minta elo pulang. Kayaknya karena kejadian ini nyokap Kyra nggak suka lagi sama elo, Al," ucap Athano.

Hembusan napas panjang kembali keluar dari bibi Alkano. "Gue akan usaha. Gue enggak mau Kyra kenapa-kenapa karena laki-laki brengsek itu." Alkano berdiri dari duduknya. "Gue berangkat." Laki-laki dengan jaket kulit yang melekat di rubuhnya itu pun berjalan keluar kamar.

"Gue ikut."

"Buruan!" sahut Alkano.

***

Dua motor besar itu baru saja sampai di parkiran rumah sakit. Alkano dan Athano dengan segera melepas helm yang mereka kenakan. Tanpa banyak bicara keduanya pun segera melangkah masuk ke dalam rumah sakit.

"Al, tapikan udah bukan jam besuk." Athano menahan tangan Alkano untuk berhenti melangkah. "Udah malem banget," lanjut Athano.

Alkano menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

Athano mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya—" Belum sempat mendengar Athano berbicara, Alkano kembali melangkahkan kaki menuju ruang rawat Kyra.

"Woy," geram Athano sambil mengejar adiknya.

Keduanya pun terus melangkah, hingga pada akhirnya mereka sampai di depan pintu rawat Kyra. Alkano berpikir sejenak sebelum membuka pintu ruangan. Dadanya menjadi berdebar hebat.

"Buruan!" titah Athano dengan menyenggol bahu Alkano.

Alkano menatap sengit ke arah kakaknya. "Berisik."

Klek.

Gigi-gigi Alkano mengerat, rahangnya mengeras, serta kedua tangan Alkano mengepal kuat. Ia sangat marah ketika melihat ada laki-laki selain dirinya yang berani mencium kening Kyra.

"Brengsek," seru Alkano.

Athano menepuk pundak Alkano pelan. "Lo harus nahan diri. Ada nyokapnya di dalem," peringat Athano. Alkano pun hanya mengangguk.

"Assalamuallaikum," ujar Alkano sembari melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Waalaikumsallam, ngapain kamu ke sini?" sahut ibu Kyra.

"Ky—"

"Sudah ada Elang, calon tunangan Kyra di sini. Sebaiknya kamu pulang." Ucapan Alkano lebih dulu dipotong oleh ibu Kyra. Mendengar itu Alkano semakin menatap sengit laki-laki yang tadi mencium kening Kyra.

"Tante jangan percaya dengan laki-laki seperti dia." Akhirnya Alkano mengangkat bicara.

"Kenapa? Jaga ucapan kamu. Lebih baik sekarang kamu keluar dari sini." Laki-laki di samping ibu Kyra itu pun tersenyum miring meremehkan Alkano.

"Saya tidak mau membuat keributan di sini." Alkano menoleh ke arah Kyra yang masih terbaring lemah. "Ra, lo harus cepet bangun, gue nungguin elo selalu."

Pandangan Alkano beralih. "Saya pamit, assalamuallaikum. Ayo, Tha."


Hai! Apa kabar? Udah lama nggak nyapa nih. Maaf banget udah hiatus lama😭.

Pada rindu enggak sih?😭
Jangan lupa ingetin aku untuk update lagi ya! Jangan lupa di vote dan comen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang