TTPM 36

90 26 7
                                    

Zoya dan Than sekarang tengah berada dirumpo, mereka sedang bermain basket, lebih tepatnya hanya Than saja yang bermain karena Zoya tidak bisa bermain basket dan harus bermain dengan pemain handal, untuk merebut bola saja sangat susah dilakukan oleh Zoya, apalagi untuk memasukkan bola dalam ring, jelas sangat sulit bagi Zoya.

Hingga akhirnya Zoya marah pada Than yang tidak mau mengalah padanya, Than malah mengejeknya "pendek sihhh" "gapernah olahraga sihhh" "makannya setiap hari jangan ngebo doang" dan bla bla bla.

"Gimana sih gitu aja nyerah, payahhh." ujar Than menunjukkan jempol yang ia arahkan kebawah

"Ngomong apa lo tadi? Nyerah? Gimana gue ngga nyerah anjir lo aja pemain basket suruh lawan gue yang kaga ngarti apa apa, jelas gue lebih milih nyerah lah, nyari mati aja." cemberut Zoya

"Itu sih derita lo, siapa suruh gak bisa main basket." ujar Than menaikkan bahunya acuh

"Ihh sumpah nyebelin banget." ucap Zoya semakin jengkel dengan Than

Sedari tadi Zoya menggrutu sebal dengan Than, sampai akhirnya ocehan Zoya terhenti karena mengingat sesuatu.

"Emak nya dulu ngidam apaan dah sampe harus ngelahirin anak nyebelin kaya Than gitu."

"Eh bentar kok gue baru inget ya selama pacaran gue gak pernah ketemu sama orang tua Than, Than juga gak pernah nyeritain keluarganya, selama ini yang gue tau cuma abangnya yang udah meninggal, apa gue tanya aja ya? gak enak juga sih kalo tanya, tapi gimanapun kan gue pacarnya, tapi emm..." batin zoya bingung

Setelah berpikir sampai jenggot didagu Zoya tumbuh, akhirnya zoya memilih untuk bertanya saja, tak ada salahnya bukan? Toh Zoya adalah kekasihnya, wajar saja jika Zoya ingin mengetahui tentang keluarganya.

"Than?" ujar Zoya pelan setelah ia menyusul Than dirumah pohon

"Hmm?" Than hanya berdehem saja sebagai balasan

"Kapan kamu mau ngenalin aku ke orang tua kamu?" Than yang tengah asik bermain game online kini langsung beralih menatap Zoya terkejut

"O-orang tua aku kerja dibali Soy, besok kalo udah pulang pasti aku kenalin." jawab Than gugup

"Oh kerja dibali ya." ujar Zoya mengangguk paham

"Iya."

"Jadi selama dirumah kamu sendiri?" tanya Zoya diangguki oleh Than

"Tapi masih ada bik Mimin sama pak Broto kadang juga anak bc sering main kerumah." Zoya mengangguk sebagai jawabannya

"Ziarah kemakam abang kamu yuk." ajak Zoya

"Se-sekarang?" tanya Than yang sedikit terkejut hanya dibalas anggukan oleh Zoya

"Berarti gue harus cerita sekarang ke Zoya? Argghh Than gimana nih gue belum siapp, gimana kalo Zoya gak bisa nerima." batin Than frustasi

"Kenapa? Gak mau ya? Yaudah gapapa kalo gak mau aku gak akan maksa kok." ucap Zoya tersenyum manis

"Yaudah kita ketoko bunga dulu."

***

Sedari tadi Zoya bingung kenapa Than membeli dua bunga? Padahal membeli 1 bunga saja harganya lumayan mahal, apakah sesayang itu Than pada kakaknya? Ah Zoya terharu, emm ataukah bunga yang satu itu untuk Zoya? Sudah lah kita lihat saja nanti.

"Hai kak, lihat aku bawa siapaa, dia pacar gue cantik kan? Namanya Zoya, dia satu satunya wanita yang gatau kenapa susah banget buat aku lepasin." ujar Than memandani batu nisan yang tertulis nama Bara Raymond lalu Than beralih menatap Zoya yang tengah tersenyum

Than The Perfect Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang