TTPM 44

49 6 0
                                    

Keluarga Than dan keluarga Zoya sekarang tengah berkumpul disalah satu restoran.

"Apa! Kalian sabahat dari kecil?" Ujar Zoya dan Than serempak

"Don't imitate me." Ujar Zoya ketus, lalu Than hanya menjawabnya dengan lirikan saja

Memang sejak kejadian dirumah Than kala itu, ia marah pada Zoya. Pertama ia masuk rumahnya tanpa meminta izin pada sang pemilik, kedua ia masuk kamarnya tanpa mengetuk, ketiga ia mengusik tidur lelap Than dengan beralasan ingin menjemput papa Than di bandara.

Zoya yang memang banyak diceramahi oleh Than Kala itu pun pun hanya bisa meminta maaf. Namun Than tidak memaafkannya karena perbuatannya itu sudah kelewatan. Sebenarnya Than sudah memaafkan Zoya dan sebenarnya Than kasihan pada Zoya karena ia memohon sambil menangis tersendu-sendu.

Mungkin saking capeknya Zoya memohon pada Than dan tidak menghasilkan apapun, Zoya malah marah balik pada Than. Sampai sekarang pun mereka belum akur, namun entah mengapa Zoya masih saja selalu membuntuti Than walau sedang tidak akur seperti ini.

"Anak kamu itu lucu sekali land." Ujar Ray terkekeh melihat tingkah Zoya

"Aku juga gak ngerti Ray kenapa anakku jadi kaya gitu." Jawab Erland yang ikut terkekeh

"Oh iya Than, sebentar lagi kan kamu un. Mau lanjut kemana nih?" Tanya Jenny ibu sambung Than

"Mau cari universitas disini aja sih bun, Than gak mau jauh dari Zoya." Perkataan Than tadi mampu membuat Zoya menjadi tersenyum malu, sedetik kemudian Zoya merubah ekspresinya setelah ia mengingat jika ia masih marah pada kekasihnya itu

Than tersenyum melihat Zoya tersenyum walau hanya sedetik, sedangkan yang lain hanya mampu menggelengkan kepalanya gemas dengan tingkah anak remaja jaman sekarang.

"Tapi emang bener ya kalian temenan sejak kecil?" Tanya Than pada Erland dan Ray

"Beneran Than, cuma kita udah lama gak ketemu karena memang Ray tinggal di Bali." Ujar Erland diangguki oleh Ray

"Wow dunia sangat sempit." Ujar Than asal

"Ah, kamu inget gak Land dulu kita punya perjanjian kalo diantara kita punya anak cowok dan cewek kita akan menjodohkan mereka."

"Ahh, aku inget Ray. Ternyata tanpa kita jodohkan anak kita sudah berjodoh sendiri." Ujar Erland

"Hahaha, benar sekali Land."

"Aduhh papa sama papa mertua bisa aja deh." Ujar Zoya tersenyum malu lalu dihadiahi tawaan oleh semuanya, disela-sela tawaan Than ia mengelus pucuk rambut Zoya gemas.

5 bulan kemudian

Ujian nasional akan segera dilaksanakan 2 hari lagi. Than yang memang akan mengikuti ujian nasional itupun setiap harinya sibuk belajar.

"Bosen liat kamu cuma buka tutup buku mulu." Celetuk Zoya tiba-tiba yang memang sedari tadi ia hanya menyandarkan Kepalanya diatas meja

"Bodoamat gaada juga yang nyuruh lo duduk disitu dari tadi." Jawab Than yang tidak dibalas jawaban apapun oleh Zoya karena Zoya tau jika ia menjawab ucapan Than pada akhirnya pasti Than hanya menyuruh Zoya untuk pulang

"Ampun deh Jo, mending lo pulang gih. Ngapain coba disini terus cuma ngeliatin orang belajar." Ujar Than yang berhasil membuat bibir Zoya menekuk

"Bukannya ngusir, aku malah kasian sama kamu sayang kalo kamu terus terus an disini cuma ngeliatin aku belajar doang pasti kamu bete kan, padahal waktu kamu itu bisa buat seneng seneng sama temen atau ngapain kek, kemana gitu, ngga harus hampir seharian kamu stay sama aku terus sayang, kasian waktu yang kamu punya malah kebuang sia sia." Ujar Than sambil mengelus pipi Zoya lembut dan Zoya yang diperlakukan seperti itu pun hanya mampu membuang nafasnya kasar

Than The Perfect Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang