🌷DARA POV🌷
Aku sedang memanasi mesin sepeda motorku ketika Mas Ivan membuka pintu pagar rumah. Aku cuma meliriknya sekilas dan berusaha untuk mengabaikan keberadaan dirinya.
Dia melangkah mendekatiku yang masih acuh.. "Bareng sama aku aja Ra, aku kuliah pagi, nanti pulangnya aku jemput deh", ajaknya mencoba merayuku.
Aku memang sering berangkat sekolah bareng mobilnya Mas Ivan ketika lagi malas untuk membawa motor, sedangkan pulangnya aku juga sudah terbiasa naik angkot atau nangkring di boncengan Anjar.
Segera aku melebarkan pintu pagar rumah dan menaiki motorku, helaan nafas Mas Ivan masih terdengar di telingaku ketika aku melewatinya tanpa membalas ajakannya.
Jalan ke arah sekolahku tiap senin pagi selalu macet, kalau bukan karena lagi kesal sama Mas Ivan, lebih baik aku berangkat bareng dirinya dan tinggal duduk manis di kursi mobil mewahnya.
Aku melirik jam tanganku yang menunjuk mendekati angka tujuh. Bergegas aku berlari ke ruang kelasku yang letaknya agak jauh dari tempat parkir motor.
Lapangan tengah sekolah sudah dipenuhi oleh siswa yang bersiap mengikuti upacara tiap hari senin. Aku segera menyimpan tas di bangkuku yang terletak di barisan paling belakang, dekat dengan jendela kelas dan berhadapan langsung dengan lapangan basket.
Anjar dan Meta sudah berbaris di deretan kelasku XI IPS 1. Kelas paling bandel di sekolahku, meskipun begitu kami semua merasa nyaman dan kompak satu sama lain.
Urut-urutan upacara yang sudah kami hapal di luar kepala membuatku merasa jenuh. Aku menghela nafas, terbayang lagi di benakku wajah penyesalan Mas Ivan tadi pagi.
Dia memang cowok brengsek, sudah punya Gisel, cewek sekampusnya tapi main nyosor saja di bibirku yang masih 'perawan'. Rasa panas menjalari wajahku ketika aku mengingat bagaimana aku juga bisa pasrah menerima perlakuannya. Entah apa yang terjadi dengan diriku....
"Ra...Dara...hoy...melamun aja hoy", tegur Meta pelan yang melihatku melamun.
Aku memicingkan mataku yang silau terkena sinar matahari, "apa?" Meta menatapku heran.
"Pulang nanti rencananya mau kemana?" bisik Meta di dekat telingaku.
Aku mengedikkan bahu..
"Belum tau Met..""Kamu bawa motor gak?" tanya Meta lagi.
"Bawa...kenapa?"
"Gak papa...nanti aja aku kasih tau kalo jadi pergi"
Akhirnya di depan sana Pak Hamdan, guru agama kami sudah memimpin doa pertanda upacara akan berakhir. Aku merasa lega, setidaknya aku bisa segera mengganti seragam abu-abu putihku dengan baju olahraga.
Mata pelajaran pertama kelas kami memang olahraga, dan saat ini kami sudah berkumpul di lapangan basket menunggu instruksi dari Pak Juned, guru olahraga yang berusia sekitar 30 an tapi masih single. Padahal menurutku dia sangat manis dengan kumis tipis di wajahnya. Tubuhnya juga tinggi dan kekar, maklum beliau atlet beladiri.
"Daraaa.....!!" panggil Pak Juned.
Aku yang tadinya berdiri di belakang merengsek maju ke depan di samping Febri yang melirikku.
"Iya Pak!"
Dia tersenyum menatapku. Suara deheman teman-teman di belakangku tidak aku pedulikan. Biasalah... Mereka suka meledekku yang katanya Pak Juned naksir aku.
"Sabtu ini akan dimulai pembukaan turnamen UJB, jadi mulai nanti sore sepulang sekolah kalian berdua ikut latihan team puteri sampai dengan hari kamis ya. Cuma 4 hari, Hari Jum'atnya nanti buat istirahat sebelum sabtu paginya bertanding. Saya harap kalian minta ijin dulu sama orang tua kalo dalam beberapa hari ini karena akan pulang terlambat..!" Jelas Pak juned yang langsung kami iyakan....
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA dan CINTAnya
General FictionWarning 21+ IVANDER HANGGORO, pria tampan yang memiliki alis tebal yang menaungi mata tajamnya, berhidung mancung dan memiliki lesung pipi itu pernah menjadi bagian dari masa lalunya. Pernah mencintainya dan pernah ditolaknya. Seorang mahasiswa yan...